Selasa, 18 November 2014

'Karena 1 orang Presiden malas mikir'


Kenaikan harga BBM, nelayan menjerit. Anak-anak pedalaman terancam putus sekolah. Tarif Angkot langsung melejit. Cabe rawit melangit. Orang kaya masih bisa tertawa, tapi orang susah makin resah.

Ini bukan sekedar harga BBM naik, tapi apa-apa kemudian langsung ikut naik sedang penghasilan gak ikutan naik.

Kalau ganti presiden baru tapi tak ada cara-cara baru dalam mengelola negara.. lantas buat apa ada Pilpres yang menghabiskan Triliunan rupiah dari uang rakyat? (Baca: Anggaran Pilpres 2014 Rp 7,9 Triliun)

"Karena 1 org presiden malas mikir, harus ada jutaan org yg pusing. Berpikir utk bertahan hidup," ujar @hafidz_ary.

Nambah satu org miskin saja sdh satu kezaliman, bagaimana dg 8 jt org miskin baru sbg dampak kenaikan BBM? #sadis

Ada 8 jt org miskin yg sensitif dg kenaikan biaya hidup di level ratus ribu rupiah. pikirin pusingnya mrk.

Pemerintah merasa rugi mensubisidi rakyat, dan merasa beruntung ketika disubsidi rakyat. Rezim pemalas mikir.

Tunaikan dulu kewajiban, baru minta hak. Ini pemerintah malas dan zhalim.

Negara memang selayaknya mensubsidi rakyat, bukan kebalik negara yg menuntut disubsidi rakyat.

Kalo fokusnya anggaran dan tdk fokus pada perbaikan kebijakan ttg energi, maka naik bbm berikutnya cuma nunggu waktu lagi.

Apa kenaikan BBM 2000 rupiah berarti kenaikan biaya hidup sebanyak 2000 x kebutuhan liter bensin per bulan? Ndak kan?

Tapi juga kenaikan ongkos angkutan per bulan, kenaikan makan per bulan, kenaikan listrik per bulan, dll ... Dikali jumlah anggota keluarga.

Di Indonesia, kenaikan BBM sgt sensitif thdp yg lain. Harga angkutan, harga kebutuhan, harga produksi, daya beli, bs makan atau tdk.

Lalu dimakah Pasal 33 UUD 1945?

“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

0 komentar:

Posting Komentar