Featured Article

Jumat, 29 Maret 2013

Gejolak di Balik Bilik

Serial Cinta
Oleh Anis Matta

Bahkan ketika kamu memiliki semua pesona fisik, jiwa, akal dan ruh, cintamu bukan saja mungkin tertolak dan kamu terluka di bawah hukum keserasaan dan keserasian. Lebih dari itu, kamu juga tidak bebas dari problematika kehidupan cinta dan asmara seperti yang dialami orang-orang biasa.

Dalam terminologi batin kehidupan, sebenarnya kita semua hanya orang-orang biasa, memiliki rasa orang-orang biasa, dan menghadapi persoalan cinta yang juga dialami orang-orang biasa.

Bahkan ketika sang kekasih setara dengan kamu pada pesona fisik, jiwa, akal dan ruhnya, itu juga bukan sebuah sertifikat bebas perkara kehidupan, yang dapat kamu tempel pada dinding kesadaranmu.

Tidak!!! Persoalan hidup adalah jatah setiap manusia, tidak peduli apakah ia orang baik atau bukan. Bahkan sumber persoalan hidup kita seringkali datang dari kebaikan hati kita. Seperti unta yang sabar; orang-orang hanya tahu memikulkan beban ke punggungnya tanpa pernah mendengar keluhannya. Kesabarannya adalah sumber masalahnya.

Yang membedakan mereka adalah bahwa mereka selalu “berada di atas” masalah-masalah mereka. Karena itu mereka selalu mampu “mengatasi” masalah-masalah mereka. Mereka selalu sanggup melampaui lorong gelap pada suatu potongan waktu kehidupan mereka.

Mereka selalu menang. Cerita mereka selalu berakhir bagus; tidak selalu karena endingnya penuh bunga dan senyum, kadang-kadang justru karena keputusan pahit yang mengharu-biru sebab ia lahir dari cinta yang ksatria.

Seperti ketika istri-istri Rasuiullah saw meminta tambahan perhiasan dunia. Apa yang salah dengan tuntutan itu? Itu datang dari istri-istri yang shalihah kepada seorang suami yang shalih. Itu bukan barang haram.
Tapi tuntutan itu berat bagi sang Rasul; bagaimana mungkin ia kembali kepada persoalan kecil seperti ini ketika ia sedang dalam perjalanan untuk melakukan sentuhan akhir dalam penyelesaian misi kenabiannya? Itu mengganggu dan menyedot perhatiannya justru ketika ia sedang membutuhkan konsentrasi penuh untuk menyelesaikan tugas akhirnya. Itu menyebabkan beliau “mendiamkan” mereka selama sebulan. Bahkan beliau menyendiri dan tidak ingin ditemui oleh sahabat-sahabat beliau.

Contoh itu mungkin terasa terlalu sophisticated. Mari kita ambil contoh lain. Suatu saat beliau berada di rumah Aisyah. Kemudian Saudah datang menemui beliau. Aisyah pun menawarkan kue yang baru saja dibuatnya. Tapi Saudah mengatakan, kue itu tidak enak. Aisyah tentu saja tersinggung. la pun menimpuk Saudah dengan kue itu. Dan Saudah membalasnya. Timpuk-menimpuk itu berlangsung sementara sang suami menyaksikannya sembari tertawa terbahak-bahak.

Oh, persoalan memang datang. Tapi selalu berialu. Di balik bilik sederhana itu ada banyak gejolak. Tapi keteduhan selalu mengakhirinya.

(Majalah Tarwabi edisi 130 Th. 7/Rabi’ul Awal 1427 H/27 April 2006 M)

Di Ujung Pengalaman Pahit

Oleh Anis Matta

“Kenapa kamu takut bunuh diri?”, tanya letaki itu gamang.
“Dan kamu, kenapa kamu tidak mau melanjutkan hidup?” kawannya gamang juga, namun tetap berusaha optimis.

Dua orang dekat Hitler itu saling menatap dalam ketakutan pada menit-menit terakhir menjelang kejatuhan Berlin ke tangan Soviet, dan yang pasti akan mengakhiri riwayat petualangan Hitler. Di medan tempur mereka kalah, dan di medan hati semua rasa berkecamuk: antara ketakutan, kesetiaan, keberanian, kehormatan dan kesia-siaan.

Ketika akhirnya Soviet merebut Berlin, lelaki yang pertama akhirnya menembak kepalanya sendiri: “Karena saya sudah berjanji pada Hitler, bahwa saya akan mengikuti jejaknya: bunuh diri begitu Soviet merebut Berlin”. Tapi lelaki yang kedua akhirnya menyerah dan memilih bersama dengan Soviet, namun terus hidup: “Karena saya tidak ingin mati sia-sia”.

Kematian selalu mengajar manusia menghargai kehidupan. Seperti perang memaksa manusia mengharapkan perdamaian. Setiap kali kegilaan angkara murka membinasakan hidup manusia, saat itu akal sehat hadir dengan tawaran yang sederhana: tinggalkan kesia-siaan ini dan hargailah hidup.

Maka di ujung keberanian yang sebenarnya adalah kegilaan, selalu muncul ketakutan yang malu-malu; tapi itu sebenarnya adalah harapan yang tulus untuk tetap bertahan hidup dan terbebas dari kesia-siaan. Dialog yang terekam dengan baik dalam film Dawn Fall itu sebenarnya merupakan dialog antara kegilaan dan akal sehat, antara kematian dan kehidupan, antara kehormatan dan kesia-siaan.

Begitulah selalu kejadiannya: cinta manusia pada perdamaian selalu lahir sesudah perang panjang yang sia-sia. Cinta damai itu adalah ikrar akal sehat yang lahir di ujung pengalaman pahit yang memilukan. Perang Dunia Kedua yang telah membinasakan puluhan juta nyawa manusia akhirnya melahirkan PBB dengan cita-cita yang sederhana: menciptakan perdamaian dunia.

Perdamaian adalah maslahat kemanusiaan yang agung. Tapi manusia tidak selalu mencintainya sejak awai. Mereka perlu melamapaui kegilaan angkara murka untuk merasakan kebutuhan yang sangat pada perdamaian itu. Itu sebabnya cinta maslahat yang lahir dari akal sehat ini selalu merupakan temuan dari pengalaman pahit.

Dan itu tabiat manusia pada dasarnya: mereka membutuhkan benturan untuk menjadi lebih baik. Seperti cinta maslahat itu. Seperti cinta damai itu.

(Majalah Tarbawi edisi 147 Th. 8/Dzulhijjah 1427 H/1B Januan 2007 M)

Rabu, 27 Maret 2013

Palestina, Saksi Pertarungan Al Haq-Al Bathil Akhir Zaman | Kultwit @salimafillah





Salim A Fillah
@salimafillah


"Sepuluh ribu sahabat Nabi SAW hijrah ke Syam sebab ingin menjadi bagian dari 'Zhahiruna 'alal Haq' di sana." -Imam Al 'Izz ibn 'Abdissalam-

  1. Ketika menafsir QS2:251 "..Seandainya Allah tidak menahan keganasan sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi.."

  2. ..banyak 'Ulama menukil riwayat tentang keutamaan penduduk Syam. Sungguh menarik. Ia memang rangkaian dalam kisah Thalut vs Jalut yang..

  3. ..kejadiannya juga di negeri Syam. Maka negeri itu memang akan menjadi saksi pertarungan Al Haq dengan Al Bathil hingga tiba hari kiamat.

  4. Ayat ini adalah sikap adil seorang mukmin terhadap perang. Mereka bukan pencinta peperangan; karena para insan terbaik; Nabi & sahabat..

  5. ..disifati Allah sebagai, "Diwajibkan atas kalian berperang, sedang ia sesuatu yang tak kalian suka.." {QS2:216}. Tapi cinta pada Allah..

  6. ..yang Maha Tahu mana yang baik; keinsyafan terbatasnya ilmu; kesadaran bahwa ada maslahat di balik perintahNya membuat mereka taat.

  7. Demikian pula kita tak boleh menganggap semua perang itu buruk. Tidak. Ada perang yang baik & bermanfaat. {QS2:251} ini mengkaidahkannya.

  8. Yaitu bahwa dengan sebuah perang yang dititahkan pada mukmin, Allah hendak menahan keganasan sebagian manusia dengan sebagian yang lain.

  9. Sebab jika tak ditahan; maka keganasan itu akan merusak seluruh bumi. Kembali pada betapa 'Ulama mencatat khusus tentang penduduk Syam..

  10. Karena ternyata berbagai penjelasan memuliakan penduduk Syam sebagai bagian terpenting hadits "Akan selalu ada segolongan dari ummatku..

  11. ..yang senantiasa teguh memenangkan Al Haq.." {Muttafaq 'Alaih}. Bahkan saat berhadapan dengan penduduk Syam nan dipimpin Mu'awiyah RA..

  12. ..Sayyidina 'Ali yang diminta mengutuk penduduk Syam berkata, "Tidak, demi Allah. Aku mendengar RasuluLlah bersabda, 'Janganlah kalian..

  13. ..melaknat penduduk Syam, tapi celalah kezhaliman mereka. Sungguh di antara mereka adalah para Wali Abdal ummat ini." {HR Ahmad, dll}

  14. Wali Abdal dijelaskan dalam hadits shahih lain, yakni 30 atau 40 orang yang dicinta Allah sebagaimana Ibrahim Khalilur Rahman; dengan..

  15. ..sebab mereka Allah menurunkan hujan & mengaruniakan pertolongan; setiap wafat satu di antara mereka, Allah ganti dengan yang lainnya.

  16. Jelas; apa makna penyebutan para 'Ulama tentang Syam dalam Tafsir {QS2:251}? Ya, Allah akan menahan keganasan sebagian manusia dengan..

  17. ..PERLAWANAN mereka. Apakah Shalih(in+at) bisa membayangkan apa yang terjadi jika penduduk Palestina tidak melawan pendudukan Israel?

  18. Bintang David dalam bendera mereka diapit oleh dua garis biru; ianya adalah Nil & Eufrat; cita tentang Eretz Israel yang membentang..

  19. ..mencaplok seluruh wilayah di antara keduanya. Tapi ia takkan tercapai selama Allah menahan keganasannya dengan perjuangan Palestina.

  20. Maka penduduk Gaza & Masjidil Aqsha telah mewakafkan diri mereka bagi dunia Arab & Islam; agar kerusakan yang ditebarkan para zionis..

  21. ..untuk sementara terlokalisasi. Minimal kerusakan langsung. Bahwa kerusakan tak langsung terasa sampai di sini; kitapun memang tetap..

  22. ..punya kewajiban berjuang sejauh kemampuan. Jadi dengan fahaman ini; bukankah penduduk Syam, khususnya Gaza & Al Aqsha yang ada di..

  23. ..garis depan mewujudkan firman Allah {QS2:251} untuk menahan kerusakan bumi yang ditimbulkan negara Zionis adalah pahlawan kita semua?

  24. Mereka berjuang di negeri Syam; yang oleh Allah disebut tanah Muqaddasah (disucikan) & Mubarakah (diberkahi); tidakkah kita tertarik..

  25. ..untuk menadah cucuran keberkahan & kesuciannya itu dengan membuat saluran penghubung; yakni dengan mendukung perjuangan mereka?

  26. Atau lebih tepatnya; mendukung perjuangan KITA semua yang pelaksanaannya mereka WAKILI tuk kita dengan bayaran mahal; darah & nyawa?

  27. Untuk kita catat; Allah memuliakan penduduk Syam dengan jihadnya meskipun tanpa kita. Tapi Allah hanya akan memuliakan kita, jika kita..

  28. ..punya andil dalam perjuangan semesta mencegah kerusakan bumi nan mereka wakili. Kunjungi senantiasa www.sahabatalaqsha.com  untuk peduli.

  29. Di antara saluran yang semoga mengalirkan berkah & kesucian dari perjuangan mereka itu adalah jihad harta; mari sambut segera seruannya.

  30. Ada banyak jalan; & @sahabatalaqsha membuka kesempatan jua melalui; BSM 1540006443 & Muamalat 9244632778. Program:

Sabtu, 23 Maret 2013

S p a s i K e h i d u p a n | Kultwit by @abdullahhaidir1










Kultwit by @abdullahhaidir1

  1. Dulu, kita pernah diajarkan bahwa rel kereta itu harus diberi jarak/#spasi satu sama lain, agar tersedia ruang utk memuai.

  2. #spasi dlm tulisan juga dibutuhkan, utk keindahan dan kemudahan memahami. Bayangkan kalau tulisan tdk ada spasinya...

  3. Begitulah kurang lebih yg juga kita butuhkan dlm hidup ini: #spasi kehidupan. Ruang yg harus kita kosongkan utk diisi sesuai kebutuhan..

  4. Hidup ini sangat beragam, berwarna, berkelindan, penuh konsideran. Beratlah kala dipahami mutlak2an, serba dikotomis dan hitam putih. #spasi

  5. #spasi dlm kehidupan dapat kita maknai sbg ruang permakluman, toleransi, ruang diskusi, mencari konsideran, mencari hikmah, dll.

  6. Ketika kita melihat anak istri tdk menurut, langsung kita vonis mereka durhaka, itu pertanda kita tdk punya #spasi kehidupan.

  7. Tapi, jika di tengah kekecewaan menghadapi hal tsb, kita tetap memberi ruang untuk memahami alasan mereka bersikap spt itu, itulah #spasi kehidupan..

  8. Ibnu Mubarak berkata, "Jika istri dan hewan tunggangan saya tdk menurut, saya melihatnya sbg indikasi ketakwaan yg sedang turun.." #spasi

  9. Ketika kita memuji seseorang, jangan lupa sediakan #spasi dlm diri kita ttg sisi kemnusiaannya yg berpotensi salah dan khilaf...

  10. Sehingga jika memang suatu saat ada kesalahan yg terbukti dia lakukan, kita tdk berapologi atau berbalik 180 derajat memusuhinya... #spasi

  11. Pun sebaliknya, jika kita tdk menyukai sikap seseorng, hendaknya tetap memberikan #spasi utk memahami alsannya, latar belakangnya, atau lainnya.

  12. Apalagi kalau masalahnya sangat terbuka utk membrikan ruang interpretasi dan yg menyampaiknnya memilki kapasitas ilmu dan pengalaman.. #spasi

  13. Ketiadaan #spasi kehidupan inilah yg menjadikan setiap perbedaan berujung dg benturan, kata-kata keji atau bahkan kekerasan, dlm semua dimensi..

  14. #spasi kehidupan ini bukn berarti tdk punya prinsip. Prinsip itu harus, tapi terukur, tdk membabi buta serta tetap menghormati pihak lain.

Kamis, 21 Maret 2013

"Karena Cinta... Kuncup Bungaku Mekar dengan Indah"

Alhamdulillah … merupakan kata yang pertama kali kuucapkan ketika Allah memberikanku kesempatan mengikuti pidato dari Ust. Anis Matta di hotel Horizon Semarang (minggu, 17 Maret 2013). Sebuah nikmat yang menyemangatiku untuk senantiasa belajar, menyukai membaca dan juga untuk menulis. Dan akhirnya, munculllah tulisanku ini yang semoga menjadi awal dan bisa menjadi rutinitasku. Amiin.
****
Awalnya aku ada janji dengan seseorang yang kebetulan waktunya bersamaan dengan acara Ust. Anis Matta tersebut.  Namun, ternyata takdir membuat semua rencanaku berubah. Aku perlu berterima kasih kepada temanku yang telah bersusah payah “merayuku” untuk ikut dengannya di acara tersebut. "Gak rugi pokoknya… ayo dong ikut….," rayu temanku. Dan akhirnya akupun dengan berat hati memenuhi ajakan temanku tersebut. Thank you ya Sist… (berat hati koq terima kasih… :D)
****
Subhanallah … sambutan kader dan simpatisan PKS memang luar biasa untuk bertemu dengan presiden baru mereka. Mereka sangat antusias hanya untuk menunggu pidato dari beliau. Suasana yang kurasakan di sana seperti ada aura persaudaraan erat yang tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata meski berasal dari daerah yang berbeda. Ada yang dari Demak, Kudus, Salatiga, Kendal dan Kabupaten Semarang.
****
Banyak hal yang bisa kupelajari dari beliau (ust. Anis Matta). Salah satunya adalah kecerdasan dan luasnya wawasan beliau. Itu dapat aku tangkap dari responnya terhadap Wejangan dari Kyai Budi (kyai sufi pemimpin Krido Budoyo yang diundang PKS) – menyinggung tentang RUMI dan HARMONI – yang menjadi pembuka orasi beliau. Barangkali (ini dugaanku saja…) beliau tadinya sudah menyiapkan bahan pidato yang akan disampaikan yang sama sekali tidak menyinggung tentang dua hal tersebut.  Namun, ternyata … karena keluasan pemahaman beliau (barangkali dari sukanya beliau membaca, kata temanku) dalam pembuka pidatonya beliau langsung menyinggung satu bait puisi karya Iqbal tentang gurunya yaitu RUMI. 
“DAN NAFAS CINTANYA MENIUP KUNCUPKU…MAKA IA MEKAR MENJADI BUNGA…"
Dan karena pidato cinta dari Presiden PKS itupun maka bungaku yang telah lama kuncup pun mekar menjadi bunga…. Sungguh pidato yang menyejukkan. Andai saja pemimpin bangsaku seperti beliau….
****
Aku yang tadinya apolitis menjadi terbuka mendengar pemaparan beliau. Politik di Indonesia itu layaknya sebuah dangerous game. Dan beliau mempunyai mimpi membuat politik Indonesia menjadi funny game. Sungguh pandangan seorang yang visioner. Semoga mimpi beliau akan terwujud. Dan sekali lagi untuk mewujudkan itu semua, kata beliau adalah dengan CINTA.
****
Satu hal yang yang terekam dibenakku adalah kata HARMONi seperti yang sudah kusinggung di atas. Ketika beliau mencermati tentang Indonesia yang sangat beragam sekali penduduknya baik dari agama, pemikiran maupun geografis yang sangat luas dari Sabang sampai Merauke, yang 2/3 wilayahnya adalah air… ada satu kata yang bisa merangkumnya yaitu HARMONI.

Katanya beliau : “Izinkan Kami Menata Ulang Taman Indonesia”.

Indonesia itu ibarat sebuah taman dan Warga Negara Indonesia adalah bunganya. Taman tersebut tidak akan terlihat indah jika ditanam satu jenis bunga saja. Tamanpun tidak akan indah kalau bunga yg berwarna-warni itu dicampur jadi satu begitu saja tanpa pengelolaan. Dan taman akan menjadi indah manakala taman itu ditanami bunga ynag berwarna warni tapi ada manajemen penempatan disana. Begitu juga dengan membangun Indonesia. Indonesia akan lebih hebat ketika semua potensi dimaksimalkan dan dikelola, tidak memaksakan kehendak untuk semua potensi itu dipaksa menjadi satu pemikiran/satu ideologi atau apapun. Kesimpulannya ada HARMONI di situ.
Barangkali itu ungkapan pikiran dan perasaanku. Semoga, sekali lagi menjadi awal yang baik bagiku khususnya dalam hal tulis menulis. Amiin. Thanks you Allah… Thanks Ust. Anis… Thanks Sist …

Semarang, Maret 2013 yang ceria…

~Hilya Rosa~

Survei Parpol Terbaru, PKS Tembus 3 Besar



Hasil survei yang dilakukan oleh Rakyat Reasearch and Consulting (RRC) menunjukan PKS masuk 3 besar Pemilu 2014 dengan perolehan 13,2% suara. Hasil ini sesuai dengan target nasional Partai Dakwah tersebut, yaitu masuk 3 besar pemilu nasional .
Survei dilakukan dalam kurun waktu 10-15 Maret 2013 terhadap 1400 reponden di 33 Provinsi. Survei dilakukan dengan metode multistage random smapling, dengan metode wawancara tatap muka disertai Focus Group Discusion. Survei dilakukan dengan margin of error 2,7%.
Hasil survei ini disampaikan oleh Hasan Sukoco, Direktur RRC pada Seminar Rakyat Menggugat pada Rabu (20/3).
Survei ini juga menunjukan partai baru Nasdem lolos ke senayan dengan suara 3,5%, di atas Partai Hanura yang hanya memperoleh 3,1%. Sementara Partai pemenang pemilu 2009, Partai Demokrat, melorot ke posisi 4 dengan perolehan suara 11%.

Berikut hasil survei berdasarkan pilihan responden:

1. Partai Golkar : 18%
2. PDIP : 14,8%
3. PKS : 13,2%
4. PD : 11%
5. Gerindra : 5%
6. PKB 5%
7. PAN : 4,5%
8. PPP : 4,2%
9. Nasdem : 3,5%
10. Hanura : 3,1%

Selasa, 19 Maret 2013

Ryan: “Saya Bejat Bang, Saya Mau Berubah Bang..”



“Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus,” QS. Al-Baqarah: 213
Satu kenangan disaat malam tahun baru 2013 lalu. Ketika seorang pemuda hadir dalam halaqah pemuda lingkungan yang dipimpin oleh akh Amin Agustin, Ketua DPRa PKS Kampung Melayu, Jakarta.
Seorang pemuda bernama Ryan (23 tahun) menemui akh Amin dan mengutarakan isi hatinya didepan para peserta halaqah malam itu, “Saya bejat bang. Semua perbuatan gila sudah pernah saya lakukan,” ucap Ryan sambil menunduk.
Semua daftar perbuatan maksiat iya sampaikan didepan kami. Dan semua kami diam mendengarnya.
Beliau terinspirasi dari teman-teman lainnya yang telah lebih dulu merengkuh hidayah Allah swt dengan mengikuti halaqah yang diselenggarakan DPRa PKS Kampung Melayu.
“Saya berjanji tidak akan melakukan perbuatan maksiat lagi bang,” ucapnya.
Kini ia bersama teman-temannya yang dahulu sama-sama pernah melakukan kehidupan kelam, saat ini telah bergabung dengan barisan dakwah dalam shaf kebaikan dan balutan tarbiyah.

Kabar terkini, Ryan bahkan sudah ikut berdakwah dengan mengajar Iqro anak-anak kecil.

"Masih istiqomah. Sekarang sudah kerja. Bersama Sunjaya (Bang Sun) & teman-teman yang lain mensyiarkan dakwah. Ngajar iqro anak-anak kecil juga," ujar akh Amin Agustin, guru ngajinya, via akun twitternya  @amin_agustin saat admin @pkspiyungan menanyakan kabar Ryan hari ini (Rabu, 20/3/2103).

___
*Sumber: http://www.pksjaktim.org/ryan-saya-bejat-bang-saya-mau-berubah-bang/#ixzz2O2rParCO

Maksiat Bertingkat



Kultwit @SalimAfillah

Muwajih Nasional DPP PKS
Pembina Majelis Jejak Nabi Masjid Jogokariyan Jogja


  1. Tingkat bahaya maksiat bertingkat-tingkat sesuai pelakunya. Pertama; yang bermaksiat sebab tak tahu ilmu & belum sampai hujjah padanya.

  2. Maka yang demikian semoga Allah ampuni; terlebih jika datang ilmu padanya lalu dia bertaubat nashuha. Kedua; yang bermaksiat & tahu..

  3. ..bahwa dia berdosa pada Allah; melakukannya dalam sunyi & rahasia; malu jika terbuka aibnya. Yang demikian moga tertuntun taubatnya.

  4. Yang ketiga; tahu bahwa ianya dosa; tapi bermaksiat dengan terang-terangan; meski dalam hatinya ada galau menyiksa. Ini cukup berbahaya.

  5. Yang ke-4; bermaksiat terang-terangan; mengumumkan & bahkan membanggakan dosanya. Ini lebih berbahaya lagi; kian kecil peluang diampuni.

  6. Yang ke-5; bermaksiat terang-terangan, bangga akan dosanya, & mengajak-ajak orang lain untuk turut berbuat. Maka ini sungguh terlaknat.

  7. Dan ke-6; yang paling nista; bermaksiat terang-terangan, berbangga, mengajak-ajak, & bahkan menyimpangkan agama tuk cari pembenarannya.

  8. Na'udzu biLlah. Semoga Allah menjauhkan kita dari kemaksiatan walau hanya sedenyut nadi, setarik nafas, sekedip mata, & selangkah kaki.

Kamis, 14 Maret 2013

KPK, Apakah Jiwamu Tenang? | @Fahrihamzah

  1. Apa kabar ABRAHAM BUSYRO BAMBANG ZULKARNAIN ADNAN of @KPK_RI

  2. Tidurlah....nama kalian melelahkan bangsa ini...seolah hanya ada kalian di kolong Pertiwi...

  3. Lima jagoan kita..our last chance. ..ambillah waktu untuk dirimu... jangan lukai kemesraan mu.

  4. Bangunlah malam untuk pertajam hatimu agar niatmu lurus dan dadamu lapang…

  5. Ujilah keikhlasanmu agar hidup matimu hanya untuk Allah...dan kau diterimaNya sebagai nafsul muthmainnah...

  6. Sehebat apapun kuasa kalian hari ini. Sadarlah bahwa kematian itu pasti.

  7. Dan perbedaan sakit dan jihad adalah pada cara kita menemui kematian...

  8. Orang sakit dijemput mati dan yang berjihad menjemputnya di medan amal..

  9. @KPK_RI harusnya menjadi medan jihadmu memberantas penyakit...

  10. Agar tegak muruah dan nama bangsa...@KPK_RI bukanlah panggung hiburan pemuas nafsu...

  11. Hati2 kawanku.. Allah tak pernah tidur... kedipan matamu dihitungnya dan kezaliman adalah musuhNya...

  12. Sehingga doa orang yg ingkar kepadaNya pun jika dizalimi akan dijawabNya segera.

  13. Apakah jiwamu tenang?.. teruskan aksimu... tapi apakah kau gelisah? WASPADALAH...

  14. Tepuktangan tak kan membuat mu tenang. ..kebenaran dan zikrulloh adalah sumber ketenangan hakiki...

Tidak Ada Amal Remeh

 
Ustadz Mudhozoffar
Jangan pernah meremehkan amal apapun, yang baik maupun juga yang buruk. Karena sekecil dan seremeh apapun suatu amal baik, pada momen yang tepat, bisa menjadi amal super istimewa bagi pelakunya. Begitu pula sekecil dan seremeh apapun sebuah amal buruk, karena faktor tertentu, bisa berakibat demikian fatal bagi pemerannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Janganlah pernah sekali-kali meremehkan kebaikan sekecil apapun” (HR. Muslim).
Di dalam hadits lain, Beliau juga bersabda (yang artinya): “Pelihara dan jauhkanlah diri kalian dari api neraka, meskipun hanya melalui (sedekah) dengan separoh biji korma” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW. pernah berkisah tentang seorang pelacur yang merasa kasihan melihat seekor anjing yang terengah-engah, bahkan hampir mati, akibat kehausan. Lalu ia turun ke dalam sumur demi mengambil air dengan sepatunya, untuk diminumkan kepada anjing tersebut. Allah-pun membalasnya dengan ampunan atas dosa-dosanya (lih. HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Ada lagi seorang laki-laki yang dimasukkan ke Surga, karena amal “istimewa” yang dibuatnya. Yakni berupa menyingkirkan sebatang dahan pohon yang semula mengganggu dan merintangi perjalanan orang banyak (lih. HR. Muslim).
Sementara itu ada seorang perempuan yang disiksa di neraka, gara-gara menahan seekor kucing tanpa makan dan minum, sampai mati (lih. HR. Al-Bukhari dan Muslim).

*http://ustadzmudzoffar.wordpress.com/2012/04/08/tidak-ada-amal-remeh/

Rabu, 13 Maret 2013

Semoga Saja Jokowi Tidak Jadi Tersangka

Siapa yang tidak mengenal Jokowi. Seorang pemimpin yang dikenal dengan sangat dekat dengan rakyatnya dengan metode blusukannya. Saat ini, tangan dinginnya ditunggu-tunggu oleh warga Jakarta agar kehidupan mereka benar-benar berubah mulai dari kondisi kesehatan, pendidikan, perekonomian sampai dengan kondisi perpolitikan. Dialah harapan warga Jakarta saat ini.
Beberapa saat lalu disaat provinsi tetangga, Jawa Barat, sedang merayakan pesta demokrasi, Jokowi di masa-masa kampanye menjadi jurkam salah satu calon Gubernur yang diusung oleh partai PDIP, Rieke Diah Pitaloka. Hasilnya adalah mengubah hasil survey dari berbagai lembaga survey bahwa pasangan no urut 5 ini akan berada diposisi ke-3. Saat pengumuman hasil perhitungan KPU ternyata RDP berada diposisi ke-2 dengan suara sekitar 28%. Bisa jadi, magnet sosok Jokowi membantu menggenjot suara RDP.
Akan tetapi, saat itu muncul sedikit permasalahan. Sosok yang bisa dikatan icon baru PDIP ini ternyata belum mengantongi surat cuti menjadi jurkam RDP. Alhasilnya, banyak lawan politiknya yang memprotes akan hal itu. Awalnya saya merasa itu sah-sah saja karena saat itu Jokowi menjadi jurkam RDP di hari libur. Akan tetapi, seperti yang tercantum dalam UU No 32 tahun 2004 pasal 80: Pejabat negara, pejabat struktural dan fungsional dalam jabatan negeri dan kepala desa dilarang membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikah salah satu pasangan calon selama masa kampanye.
Dari pasal di atas ternyata tidak ada yang menyebutkan bahwa seorang pejabat negara boleh ikut berkampanye dihari libur karena status sebagai pejabat negara itu tidak pernah lepas dari diri dia di setiap detiknya baik itu di hari libur maupun tidak.
Seperti halnya yang dilakukan oleh bupati Bogor,Rachmat Yasin. Bahkan nasibnya lebih apes lagi. Kenapa? karena dia telah dijadikan tersangka dalam pilkada Jawa Barat karena melanggar UU yang telah disebutkan di atas. Seperti yang dilansir oleh tempo.co,
“Kalau pejabat kan harus ada surat cuti, tapi dia tidak cuti,” kata  mantan Kasat Reskrim Polresta Depok yang mulai hari ini menjabat sebagai Kanit II Resmob Polda Metro Jaya, Komisaris Febriansyah, kepada wartawan, Rabu, 13 Maret 2013.
Menurut dia, Bupati Rachmat diperiksa di markas Polresta Depok atas laporan Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten Bogor. Sejauh ini semua berkas pemeriksaan sudah lengkap. Rachmat disangka melanggar Undang-Undang Pemilu Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 116 ayat 4 junto Pasal 80 tentang kampanye di luar jadwal. “Berkasnya sudah dikirim ke Kejaksaan Negeri Depok,” katanya.
Sanksi hukuman penjara maksimal enam bulan dan denda Rp 6 juta
Jika Bupati Bogor saja bisa jadi tersangka, itu berarti Jokowi pun juga akan bernasib yang sama. Kan jadi lucu jika seorang Jokowi, salah satu kader terbaik PDIP menjadi tersangka pada saat baru menjabat gubernur Jakarta selama 5 bulan dengan sebuah pelanggaran yang seharusnya tidak perlu. Bukan berarti Jokowi itu tidak boleh ikut dan menjadi jurkam dari calon-calon pemimpin daerah yang diusung oleh PDIP. Akan tetapi, tidak harus dipaksakan karena saat ini Jokowi tidak hanya menjadi kader PDIP tetapi telah resmi menjadi “milik” masyarakat Jakarta. Jika semua aturan yang tidak mengganggu kinerja dan citra Jokowi dan pemerintahan Jakarta maka lakukan saja. Karena kami, sebagai masyarakat Jakarta sangat berharap padamu Pak Jokowi. Tidak hanya dari sisi kinerjamu tetapi juga dari sisi keteladanmu.

Oleh Jangjaya06 | Kompasiana

*http://politik.kompasiana.com/2013/03/14/semoga-saja-jokowi-tidak-jadi-tersangka-536811.html

Saya PKS dan Saya Bahagia...

Umi Kulsum | Kompasiana
(seorang ibu, guru, dan pembelajar)

Gak penting-penting amat, sebenarnya. Tapi saya ingin menyampaikannya. Nah, mari mulai.

Saya PKS. Suami saya pun juga. Anak-anak saya sering ikut aksi damai, mulai dari peringatan hari Ibu, aksi damai Palestine, dan lain-lain. Anak-anak saya juga sering ikut kajian bersama-sama. Bertemu dengan anak-anak kecil lain. Mereka bermain, kami orang tuanya menimba ilmu. Ada satu dua tiga empat bapak/ibu atau para akhwat yang menjaga anak-anak. Sukarela saja. Saling membantu dan meringankan. Ada yang menangis, maka sebagian akan membantu menenangkan. Terjadi begitu saja. Mengalir dengan indah.
Saya PKS. Suami saya juga. Sejak kapan? Sejak sebelum PKS lahir. Karena PKS cuma nama, cuma bentuk. Inti gerakannya sama: berbenah diri, mengembangkan kapasitas pribadi dan keluarga. Lalu sama-sama bergerak di masyarakat. Melakukan yang kami bisa. Membenahi yang kami mampu. Tentu tetap sambil membenahi diri. Karena kami kumpulan manusia. Yang bisa bersemangat suatu waktu, dan loyo diwaktu lain. Kami bisa merasa sempit di satu kesempatan, dan sangat lapang di  kesempatan lain. Saat loyo, maka ada teman-teman yang menyemangati. Tidak selalu lewat nasehat verbal. Sering kali nasehat yang didapat justru nasehat lain: ada contoh kesabaran dari satu orang. Contoh kesederhanaan dari orang lain. Contoh kekokohan hati dari lain lagi.  Mengalir begitu saja. Dengan indah, tentunya.
Saya PKS.  Suami saya juga. Dapat apa? Harta? Oh, tidak. Kami masing-masing bekerja. Dan memang itulah yang diajarkan. Kami harus bekerja, berbuat. Lakukan yang maslahat. Agar banyak memberi manfaat. Kerja itu ibadah. Bermain bersama anak-anak itu ibadah. Membahagiakan orang tua itu ibadah. Bercengkrama bersama suami itu ibadah. Menuntut ilmu itu ibadah. Membuang sampah pada tempatnya itu ibadah. Meringankan  kesulitan orang lain itu ibadah. Bersikap ramah itu ibadah. Berkata-kata baik itu ibadah. Tersenyum itu ibadah. Mengalir begitu saja, dengan indah.
Saya PKS. Asli, kader tulen. Ketika saya mengadu karena sakit hati, maka saya didorong untuk memaafkan. Ketika menceritakan keburukan kata-kata orang lain, maka saya diminta untuk berlapang dada dan mendoakan. Satu dua tiga empat (bahkan berkali-kali)  kesalahan saya buat. Dan selalu (alhamdulillah) ada tangan-tangan yang menjawil. Ada yang bergerak mengingatkan. Membuat kesadaran muncul, dan kembali lagi. Begitu terus. Ada kesepakatan tak tertulis antar kader: bahwa nasehat menasehati harus menjadi kebiasaan, karena dakwahlah panglima kami. Mengalir begitu saja, dengan indah.
Saya PKS, asli. Tulen. Tidak selalu hubungan antar kader mulus dan tenang. Karena kami kumpulan manusia, dengan emosi yang normal ala manusia. Tak satupun dari kami mengaku atau merasa malaikat. Konflik itu selalu muncul, dimana saja, kapan saja. Irama penyelesaiannya nyaris sama: jika sangat gawat, maka musyawarah harus dikedepankan. Jika ringan, maka melapangkan dada adalah satu-satunya pilihan. Tidak meributkan konflik, kami memilih bergerak memikirkan kerja. Proyek kebaikan apakah  yang harus dikerjakan sekarang? Jika sudah, proyek apa yang berikutnya? Begitu terus. Kami dibiasakan bekerja. Bicara banyak saat meeting, untuk merencanakan kerja. Melokalisir konflik hanya pada telinga-telinga yang layak dan boleh mendengar. Karena sungguh sebagian besar masalah manusia adalah bermula dari tidak terkendalinya lisan. Lisan yang dibebani dengan prasangka lebih gawat lagi. Tajam mengiris-iris. Bukan mengiris korbannya,  tapi mengiris  pelakunya. Bukankah berita  buruk tapi tidak benar akan kembali pada si pelaku?
Saya PKS, dan suami saya juga. Kami terbiasa dengan ta’awun, atau tolong menolong. Ada yang sakit dan dirawat di rumah sakit, maka bantuan akan mudah mengalir. Ada yang hendak menikah dan tergolong tidak mampu, maka bantuan juga mengalir. Sudah sangat biasa kami dikabari kecamatan A banjir, dan butuh nasi bungkus untuk malam ini juga, sekian bungkus. Nasi-nasi bungkus itu akan muncul dengan jumlah seperti yang diharapkan. Bahkan lebih. Disertai dengan bantuan-bantuan lain. Kayakah semua kadernya? Tentu tidak. Tapi kami terbiasa mendahulukan kesempatan berbuat baik.
Saya PKS, dan suami saya juga. Ada yang terang-terangan mengatakan bahwa saya terlalu loyal pada PKS. Menuruti segalanya tanpa reserve. Saya terlalu taklid. Dia yang mengatakan itu tentu tidak tahu bagaimana dinamika saya di dalamnya. Tidak mengikuti betul bagaimana konflik-konflik terjadi, dan bagaimana mengatasinya. Yang dilihat hanyalah pilihan kami bertahan di dalamnya. Pilihan yang dilakukan dengan rela dan gembira.
Saya PKS, dan suami saya juga. Ada yang mengatakan saya jumud. Stagnan. Penilaian yang tidak saya temukan kebenarannya. Di PKS justru saya bisa berkembang. Saya bisa  berbagi dan berdiskusi dengan ibu-ibu pengusaha dan birokrat dalam kajian rutin mingguan. Selain itu, saya juga bisa masuk di kalangan ibu-ibu ekonomi lemah lewat program bantuan usaha. Saya juga mengembangkan diri di sekolah dasar islam terpadu, sebagai guru atau  wakil kepala sekolah.  Dari PKS lah saya mendapatkan semangat membuat lembaga pendidikan usia dini di rumah dan mengelolanya bersama empat belas guru yang tulus. PKS juga mengajarkan saya untuk melakukan yang terbaik di institusi pendidikan dimana saya ditugaskan sebagai guru bahasa inggris. Semua dilakukan dengan indah.
Saya PKS, dan suami saya juga. Maka ketika tudingan-tudingan miring terjadi, sempat kami tertegun. Bukan menyesali pilihan untuk bertahan di PKS. Tapi heran dan takjub dengan komentar, tulisan yang muncul dari orang-orang yang merasa sangat tahu lika-liku PKS.  Setelahnya, kami tak peduli. Ada prioritas lain yang harus kami kejar: proyek kebaikan yang belum selesai. Yang sedang dan akan dikerjakan. Itu jauh lebih penting. Karena kami yakin, yang bisa membuktikan hanyalah kerja.
Maka  apapun yang disampaikan itu, adalah nasehat. Tak peduli yang menyampaikan dilandasi dengki, benci, kasih sayang, atau eman-eman. Tidak penting. Kami tetap akan bekerja, melakukan yang kami bisa. Membenahi yang perlu. Menggandeng yang mau bergerak bersama.

Saya PKS, dan suami saya juga. Dan kami bahagia. Anda tertarik?


*http://politik.kompasiana.com/2013/03/12/saya-pks-dan-saya-bahagia-541467.html

Saya 'Dipaksa' Bergabung PKS


Tahun 2004 adalah awal kisah perjalanan saya mengenal PKS. Saya bukanlah kader dakwah yang direkrut melalui kegiatan kampus, karena saya tidak aktif di kegiatan kampus, bukan karena tidak hobi tetapi lebih karena saya harus membiayai kuliah sendiri. Saya bekerja pagi sampai sore kemudian malamnya kuliah. Artinya tidak ada kesempatan untuk aktif di kegiatan kemahasiswaan, apalagi saya kuliah bukan universitas negeri.
Tahun 2004 saya semester akhir, karena ada salah satu dosen yang cukup dekat dengan saya aktif menjadi pengurus di salah satu partai politik (waktu itu partai no urut 9) dan beliau mencalonkan diri sebagai caleg DPR-RI saya diminta untuk membantu dalam berbagai kegiatan sosialisasi dan pengadaan alat peraga kampanye. Termasuk di tempat kos saya penuh dengan bendera partai tersebut sehingga orang-orang menyangka saya adalah kader partai tersebut.
Perjalanan waktu mendekati hari pemungutan suara saya di datangi oleh salah seorang kader PKS yang dimediasi oleh salah seorang tetangga tempat kost saya, intinya saya diminta menjadi saksi PKS. Saya menerima, kemudian diundang dalam forum-forum pelatihan saksi PKS bersama beberapa calon saksi yang lain.
Pada waktu itu saya adalah ketua salah satu club motor terbesar di provinsi saya. Maklum, sebagai ketua club motor saya bergaul dan berbaur dengan berbagai macam orang yang mempunyai latar belakang beragam. Dan salah satu kebiasaan buruk yang masih saya lakukan saat itu adalah saya masih merokok.
Tak canggung kader PKS yang mengajak saya menjadi saksi membelikan saya sebungkus rokok ketika hari pemungutan suara dan tidak canggung pula ketika kamar saya dan halaman rumah penuh bendera partai lain.
Ada beberapa pengalaman menarik ketika saya menjadi saksi PKS di TPS tempat saya bertugas. Ada saksi lain dari partai Islam, ketika saya merokok dia bertanya: “ lho mas kader PKS kok merokok”. Saya jawab, “saya bukan kader PKS mbak, saya hanya diminta jadi saksi PKS”.
Kejadian menarik lainnya adalah ketika terjadi deadlock, ketua PPS selalu menayakan: “Bagaimana saksi PKS?” Saya bangga sebagai saksi PKS yang selalu dijadikan rujukan ketika terjadi permasalahan di lokasi TPS.
Kejadian yang luar biasa, dan awal perubahan besar hidup saya adalah ketika masyarakat mulai sepi, maka para saksi diminta untuk memilih. Saya bergegas ke bilik suara, saya mengambil kertas suara, saya buka, dan tiba-tiba tangan saya mencoblos partai dengan nomor urut 16. Ya, partai nomor urut 16 dalam pemilu 2004 adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Saya pernah mendapat sosialisasi bahwa jika partai yang dipilih berbeda dengan caleg yang dipilih maka suara tersebut tidak sah. Sejanak saya merenung, : “daripada suara saya tidak sah” (karena saya ingin mencoblos caleg DPR-RI dari partai nomor urut 9) lebih baik saya coblos aja caleg-caleg PKS walaupun saya tidak kenal sama sekali siapa mereka”.
Waktu itu pertimbangan saya adalah, saya pilih nama-nama yang bagus saja, kalau namanya bagus dan Islami mudah-mudahan orang baik. Maka untuk caleg DPR-RI waktu itu saya coblos nama Drs. Al Muzzamil Yusuf, untuk caleg DPRD provinsi saya coblos nama Ir. Ahmad Junaidi Auly, dan untuk caleg DPRD Kab/Kota saya coblos nama Syarif Hidayat, ST.
Pertimbangan saya sederhana, nama-nama yang bagus mudah-mudahan orangnya baik. Selesai mencoblos saya keluar dari bilik suara kemudian saya menelpon salah satu temen saya untuk meminta mencoblos caleg DPR-RI dari partai nomor 9. Saya ceritakan karena saya salah nyoblos PKS, saya sudah kadung janji mau nyoblos caleg tersebut. Teman saya tersebut mengiyakan dan menyanggupi untuk mengganti satu suara saya untuk partai nomor 9.
Peristiwa tersebut benar-benar terkenang oleh saya, dan selanjutnya saya mulai mengamati PKS. Perjalanan yang cukup panjang akhirnya mempertemukan saya dengan Tarbiyah. Perlahan namun pasti akhirnya saya berinteraksi, membaur bersama orang-orang yang luar biasa.

Dan melalui gerakan Dakwah PKS inilah saya dipertemukan dengan istri yang sholihah. Saya begitu bersyukur dipertemukan dengan gerakan dakwah ini. Saya begitu bahagia. Dan kebahagiaan itu semakin begitu besar dengan kehadiran tiga jundi yang akan mewarisi perjuangan dakwah ini.


Lampung, 13-03-2013

by Abu Haaniya

Senin, 11 Maret 2013

Yang Aku Tahu; Allah Bersamaku








Oleh Salim A Fillah



aku percaya
maka aku akan melihat keajaiban
iman adalah mata yang terbuka
mendahului datangnya cahaya

“Aku”.

Jawaban Musa itu terkesan tak tawadhu’. Ketika seorang di antara Bani Israil bertanya siapakah yang paling ‘alim di muka bumi, Musa menjawab, “Aku”. Tapi oleh sebab jawaban inilah di Surat Al Kahfi membentang 23 ayat, mengisahkan pelajaran yang harus dijalani Musa kemudian. Uniknya di dalam senarai ayat-ayat itu terselip satu lagi kalimat Musa yang tak tawadhu’. “Kau akan mendapatiku, insyaallah, sebagai seorang yang sabar.” Ini ada di ayat yang keenampuluh sembilan.

Di mana letak angkuhnya? Bandingkan struktur bahasa Musa, begitu para musfassir mencatat, dengan kalimat Isma’il putra Nabi Ibrahim. Saat mengungkapkan pendapatnya pada sang ayah jikakah dia akan disembelih, Isma’il berkata, “Engkau akan mendapatiku, insyaallah, termasuk orang-orang yang sabar.”

Tampak bahwa Isma’il memandang dirinya sebagai bagian kecil dari orang-orang yang dikarunia kesabaran. Tapi Musa, menjanjikan kesabaran atas nama pribadinya. Dan sayangnya lagi, dalam kisahnya di Surat Al Kahfi, ia tak sesabar itu. Musa kesulitan untuk bersabar seperti yang ia janjikan. Sekira duapuluh abad kemudian, dalam rekaman Al Bukhari dan Muslim, Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda tentang kisah perjalanan itu, “Andai Musa lebih bersabar, mungkin kita akan mendapat lebih banyak pelajaran.”

​Wallaahu A’lam. Mungkin memang seharusnya begitulah karakter Musa, ‘Alaihis Salaam. Kurang tawadhu’ dan tak begitu penyabar. Sebab, yang dihadapinya adalah orang yang paling angkuh dan menindas di muka bumi. Bahkan mungkin sepanjang sejarah. Namanya Fir’aun. Sangat tidak sesuai menghadapi orang seperti Fir’aun dengan kerendahan hati dan kesabaran selautan. Maka Musa adalah Musa. Seorang yang Allah pilih untuk menjadi utusannya bagi Fir’aun yang sombong berlimpah justa. Dan sekaligus, memimpin Bani Israil yang keras kepala.

​Hari itu, setelah ucapannya yang jumawa, Musa menerima perintah untuk berjalan mencari titik pertemuan dua lautan. Musa berangkat dikawani Yusya ibn Nun yang kelak menggantikannya memimpin trah Ya’qub. Suatu waktu, Yusya melihat lauk ikan yang mereka kemas dalam bekal meloncat mencari jalan kembali ke lautan. Awalnya, Yusya lupa memberitahu Musa. Mereka baru kembali ke tempat itu setelah Musa menanyakan bekal akibat deraan letih dan lapar yang menggeliang dalam usus.

​Di sanalah mereka bertemu dengan seseorang yang Allah sebut sebagai, “Hamba di antara hamba-hamba Kami yang kamu anugerahi rahmat dari arsa Kami, dan Kami ajarkan padanya ilmu dari sisi Kami.” Padanyalah Musa berguru. Memohon diajar sebagian dari apa yang telah Allah fahamkan kepada Sang Guru. Nama Sang Guru tak pernah tersebut dalam Al Quran. Dari hadits dan tafsir lah kita berkenalan dengan Khidzir.

​Kita telah akrab dengan kisah ini. Ada kontrak belajar di antara keduanya. “Engkau akan mendapatiku sebagai seorang yang sabar. Dan aku takkan mendurhakaimu dalam perkara apapun!”, janji Musa. “Jangan kau bertanya sebelum dijelaskan kepadamu”, pesan Khidzir. Dan dalam perjalanan menyejarah itu, Musa tak mampu menahan derasnya tanya dan keberatan atas tiga perilaku Khidzir. Perusakan perahu, pembunuhan seorang pemuda, dan penolakan atas permohonan jamuan yang berakhir dengan kerja berat menegakkan dinding yang nyaris rubuh.

Tanpa minta imbalan

​Alhamdulillah, kita belajar banyak dari kisah-kisah itu. Kita belajar bahwa dalam hidup ini, pilihan-pilihan tak selalu mudah. Sementara kita harus tetap memilih. Seperti para nelayan pemilik kapal. Kapal yang bagus akan direbut raja zhalim. Tapi sedikit cacat justru menyelamatkannya. Sesuatu yang ‘sempurna’ terkadang mengundang bahaya. Justru saat tak utuh, suatu milik tetap bisa kita rengkuh. Ada tertulis dalam kaidah fiqh, “Maa laa tudraku kulluhu, fa laa tutraku kulluh.. Apa yang tak bisa didapatkan sepenuhnya, jangan ditinggalkan semuanya.”

Kita juga belajar bahwa ‘membunuh’ bibit kerusakan ketika dia baru berkecambah adalah pilihan bijaksana. Dalam beberapa hal seringkali ada manfaat diraih sekaligus kerusakan yang meniscaya. Padanya, sebuah tindakan didahulukan untuk mencegah bahaya. Ada tertulis dalam kaidah fiqh, “Dar’ul mafaasid muqaddamun ‘alaa jalbil mashaalih.. Mencegah kerusakan didahulukan atas meraih kemashlahatan.”

Dan dari Khidzir kita belajar untuk ikhlas. Untuk tak selalu menghubungkan kebaikan yang kita lakukan, dengan hajat-hajat diri yang sifatnya sesaat. Untuk selalu mengingat urusan kita dengan Allah, dan biarkanlah tiap diri bertanggungjawab padaNya. Selalu kita ingat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Sultan yang dimakan fitnah memenjarakan dan menyiksanya. Tapi ketika bayang-bayang kehancuran menderak dari Timur, justru Ibnu Taimiyah yang dipanggil Sultan untuk maju memimpin ke garis depan. Berdarah-darah ia hadapi air bah serbuan Tartar yang bagai awan gelap mendahului fajar hendak menyapu Damaskus.

Ketika musuh terhalau, penjara kota dan siksa menantinya kembali. Saat ditanya mengapa rela, ia berkata, “Adapun urusanku adalah berjihad untuk kehormatan agama Allah serta kaum muslimin. Dan kezhaliman Sultan adalah urusannya dengan Allah.”

Iman dan Keajaiban yang Mengejutkan

Subhanallah, alangkah lebih banyak lagi ‘ibrah yang bisa digali dari kisah Musa dan Khidzir. Berlapis-lapis. Ratusan. Lebih. Tapi mari sejenak berhenti di sini. Mari picingkan mata hati ke arah kisah. Mari seksamai cerita ini dari langkah tertatih kita di jalan cinta para pejuang. Mari bertanya pada jiwa, di jalan cinta para pejuang siapakah yang lebih dekat ke hati untuk diteladani?

Musa. Bukan gurunya.

Ya. Karena di akhir kisah Sang Guru mengaku, “Wa maa fa’altuhuu min amrii.. Apa yang aku lakukan bukanlah perkaraku, bukanlah keinginanku.” Khidzir ‘hanyalah’ guru yang dihadirkan Allah untuk Musa di penggal kecil kehidupannya. Kepada Khidzir, Allah berikan semua pemahaman secara utuh dan lengkap tentang jalinan pelajaran yang harus ia uraikan pada Rasul agung pilihanNya, Musa ‘Alaihis Salaam. Begitu lengkapnya petunjuk operasional dalam tiap tindakan Khidzir itu menjadikannya sekedar sebagai ‘operator lapangan’ yang mirip malaikat. Segala yang ia lakukan bukanlah perkaranya. Bukan keinginannya.

Beberapa orang yang menyebut diri Sufi mengklaim, inilah Khidzir yang lebih utama daripada Musa. Khidzir menguasai ilmu hakikat sedang Musa baru sampai di taraf syari’at. Maka seorang yang telah disingkapkan baginya hakikat, seperti Khidzir, terbebas dari aturan-aturan syari’at. Apa yang terlintas di hati menjadi sumber hukum yang dengannya mereka menghalalkan dan mengharamkan. Ia boleh merusak milik orang. Ia boleh membunuh. Ia melakukan hal-hal yang dalam tafsir orang awwam menyimpang, dan dalam pandangan syari’at merupakan sebuah pelanggaran berat.

Imam Al Qurthubi sebagaimana dikutip Ibnu Hajar Al ‘Asqalani dalam Fathul Barii, membantah tofsar-tafsir ini. Pertama, tidak ada tindakan Khidzir yang menyalahi syari’at. Telah kita baca awal-awal bahwa semua tindakannya pun kelak bersesuaian dengan kaidah fiqh. Bahkan dalam soal membunuh pun, Khidzir tidak melanggar syari’at karena ia diberi ilmu oleh Allah untuk mencegah kemunkaran dengan tangannya. Alangkah jauh tugas mulia Khidzir dengan apa yang dilakukan para Sufi nyleneh semisal meminum khamr, lalu pengikutnya berkata, “Begitu masuk mulut, khamr-nya berubah menjadi air!”

Tidak sama!

Kedua, setinggi-tinggi derajat Khidzir menurut jumhur ‘ulama adalah Nabi di antara Nabi-nabi Bani Israil. Sementara Musa adalah Naqib-nya para Naqib, Nabi terbesar yang ditunjuk memimpin Bani Israil, seorang Rasul yang berbicara langsung dengan Allah, mengemban risalah Taurat, dan bahkan masuk dalam jajaran istimewa Rasul Ulul ‘Azmi bersama Nuh, Ibrahim, ‘Isa, dan Muhammad.

Maka Musa jauh lebih utama daripada Khidzir

“Hai Musa, sesungguhnya Aku telah melebihkan engkau dari antara manusia, untuk membawa risalahKu dan untuk berbicara secara langsung denganKu.” (Al A’raaf 144)

Ketiga, Allah memerintahkan kita meneladani para Rasul yang kisah mereka dalam Al Quran ditujukan untuk menguatkan jiwa kita dalam meniti jalan cinta para pejuang. Para Rasul itu, utamanya Rasul-rasul Ulul ‘Azmi menjadi mungkin kita teladani karena mereka memiliki sifat-sifat manusiawi. Mereka tak seperti malaikat. Juga bukan manusia setengah dewa. Mereka bertindak melakukan tugas-tugas yang luar biasa beratnya dalam keterbatasannya sebagai seorang manusia.

Justru keagungan para Rasul itu terletak pada kemampuan mereka menyikapi perintah yang belum tersingkap hikmahnya dengan iman. Dengan iman. Dengan iman. Berbeda dengan Khidzir yang diberitahu skenario dari awal hingga akhir atas apa yang harus dia lakukan –ketika mengajar Musa-, para Rasul seringkali tak tahu apa yang akan mereka hadapi atau terima sesudah perintah dijalani. Mereka tak pernah tahu apa yang menanti di hadapan.

Yang mereka tahu hanyalah, bahwa Allah bersama mereka

Nuh yang bersipayah membuat kapal di puncak bukit tentu saja harus menahan geram ketika dia ditertawai, diganggu, dan dirusuh oleh kaumnya. Tetapi, sesudah hampir 500 tahun mengemban risalah dengan pengikut yang nyaris tak bertambah, Nuh berkata dengan bijak, dengan cinta, “Kelak kami akan menertawai kalian sebagaimana kalian kini menertawai kami.”

Ya. Nuh belum tahu bahwa kemudian banjir akan tumpah. Tercurah dari celah langit, terpancar dari rekah bumi. Air meluap dari tungkunya orang membuat roti dan mengepung setinggi gunung. Nuh belum tahu. Yang ia tahu adalah ia diperintahkan membina kapalnya. Yang ia tahu adalah ketika dia laksanakan perintah Rabbnya, maka Allah bersamanya. Dan alangkah cukup itu baginya. ‘Alaihis Salaam..

Ibrahim yang bermimpi, dia juga tak pernah tahu apa yang akan terjadi saat ia benar-benar menyembelih putera tercinta. Anak itu, yang lama dirindukannya, yang dia nanti dengan harap dan mata gerimis di tiap doa, tiba-tiba dititahkan untuk dipisahkan dari dirinya. Dulu ketika lahir dia dipisah dengan ditinggal di lembah Bakkah yang tak bertanaman, tak berhewan, tak bertuan. Kini Isma’il harus dibunuh. Bukan oleh orang lain. Tapi oleh tangannya sendiri.

Dibaringkanlah sang putera yang pasrah dalam taqwa. Dan ayah mana yang sanggup membuka mata ketika harus mengayau leher sang putera dengan pisau? Ayah mana yang sanggup mengalirkan darah di bawah kepala yang biasa dibelainya sambil tetap menatap wajah? Tidak. Ibrahim terpejam. Dan ia melakukannya! Ia melakukannya meski belum tahu bahwa seekor domba besar akan menggantikan sang korban. Yang diketahuinya saat itu bahwa dia diperintah Tuhannya. Yang ia tahu adalah ketika dia laksanakan perintah Rabbnya, maka Allah bersamanya. Dan alangkah cukup itu baginya. ‘Alaihis Salaam..

Musa juga menemui jalan buntu, terantuk Laut Merah dalam kejaran Fir’aun. Bani Israil yang dipimpinnya sudah riuh tercekam panik. “Kita pasti tersusul! Kita pasti tersusul!”, kata mereka. “Tidak!”, seru Musa. “Sekali-kali tidak akan tersusul! Sesungguhnya Rabbku bersamaku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” Petunjuk itupun datang. Musa diperintahkan memukulkan tongkatnya ke laut. Nalar tanpa iman berkata, “Apa gunanya? Lebih baik dipukulkan ke kepala Fir’aun!” Ya, bahkan Musa pun belum tahu bahwa lautan akan terbelah kemudian. Yang dia tahu Allah bersamanya. Dan itu cukup baginya. ‘Alaihis Salaam..

Merekalah para guru sejati. Yang kisahnya membuat punggung kita tegak, dada kita lapang, dan hati berseri-seri. Yang keteguhannya memancar menerangi. Yang keagungannya lahir dari iman yang kukuh, bergerun mengatasi gejolak hati dan nafsu diri. Di jalan cinta para pejuang, iman melahirkan keajaiban. Lalu keajaiban menguatkan iman. Semua itu terasa lebih indah karena terjadi dalam kejutan-kejutan. Yang kita tahu hanyalah, “Allah bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”

Nuh belum tahu bahwa banjir nantinya tumpah
ketika di gunung ia menggalang kapal dan ditertawai
Ibrahim belum tahu bahwa akan tercawis domba
ketika pisau nyaris memapas buah hatinya

Musa belum tahu bahwa lautan kan terbelah
saat ia diperintah memukulkan tongkat
di Badar Muhammad berdoa, bahunya terguncang isak
“Andai pasukan ini kalah, Kau takkan lagi disembah!”
dan kitapun belajar, alangkah agungnya iman


*http://salimafillah.com/yang-aku-tahu-allah-bersamaku/

Anis Matta: PKS adalah 'School of Leadership'

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akan merampungkan daftar calon anggota legislatif sementara (DCS) pada pertengahan bulan Maret ini. Dari caleg yang diusung hingga kini, tidak ada tokoh-tokoh rekrutan baru dari partai lain.
Demikian disampaikan Presiden PKS Anis Matta di Gedung Kompleks Parlemen, Kamis (7/3/2013) malam. "Insya Allah kami sudah hampir final. Soal DCS ini semoga dalam pertengahan bulan ini sudah ada," ujar Anis.
Persoalan struktur kepengurusan baru yang belum diterbitkan Kementerian Hukum dan HAM, kata Anis, tidak menjadi masalah. Pasalnya, struktur kepengurusan baru itu kemungkinan akan diterbitkan Kemhuk dan HAM dalam pekan ini.
Anis mengatakan, di dalam penyusunan DCS, partainya tidak berupaya merekrut politisi-politisi dari partai lain.  "Kami bukan event organizer (EO). Ini bukan EO, ini school of leadership. Kami konsisten pada ide dasar school of leadership sebagai alat ukur kaderisasi di pilkada dan pileg," ucap Anis.
Di dalam konsep school of leadership, lanjutnya, ada fungsi kaderisasi yang sangat penting untuk dijalankan. "Parpol membina kader bangsa untuk mengelola kader yang mampu memimpin negara. Paling utama adalah kader, apakah kader itu diterima publik atau tidak, ini yang jadi penilaian. Orientasi kami bukan dapat suara, tapi mekanisme pendidikan politik dalam berbangsa," ucap mantan Wakil Ketua DPR ini.
Untuk diketahui saja, pada tanggal 9 April 2013 ini, setiap partai politik harus mendaftarkan para caleg yang diusungnya dalam daftar DCS. Selanjutnya, Komisi Pemilihan Umum akan melakukan verifikasi terhadap para caleg itu.
Pada bulan Juli 2013, KPU akan mengumumkan daftar caleg tetap (DCT) yang akan bertarung pada Pemilu 2014 mendatang.

*nasional.kompas.com/read/2013/03/08/09393157/Anis.Matta.PKS.Bukan.Event.Organizer

"Kalau tidak ke PKS, ke partai mana lagikah aku harus berharap?"






Gol A Gong
@Gol_A_Gong
author of BALADA SI ROY (a novel)


Kalau tidak ke #PKS, ke partai mana lagikah aku harus berharap, agar negeri ini menjadi sejahtera, adil dan makmur?

Saya tetap non partisan,tp akan nyoblos partai terbaik dari yg terburuk yg ada Skrg di Pemilu 2014.sy berharap itu #PKS.

Ya Allah, tunjukkanlah para pengurus partai ke jalan yang benar, termasuk para pendakwah di #PKS, agar negeri ini adil dan sejahtera.

Ya Allah, berikanlah para penyair hati yg bening dan pikiran yg jernih,agar puisi2 yg ditulisnya bisa membersihkan politik yg kontor.

Ya Allah bukakan hati masyarakat Indonesia, agar tidak mencoblos partai atau calon pemimpin yang mengandalkan politik uang.

Oh, tuan-tuan berjasdasi di Senayan, sudah siapkah tanah 2x2 meter utk rumah masa depanmu? Aku sudah.Siapa tahu besok kita mati.

Di negeri ini, banyak partai yg memang diisi oleh orang2 brengsek. Kalau #PKS berbeda, orang2 brengsek berusaha menghancurkannya.

*https://twitter.com/Gol_A_Gong

Jumat, 08 Maret 2013

Tafsir Kemenangan PKS



Oleh: Yons Ahmad

Setelah “dihabisi” oleh berbagai media, terutama Tempo, PKS ternyata masih mampu bertahan. Dalam pilkada Jawa Barat dan Sumatera Utara jago PKS yang ikut bertanding memenangi pertempuran. Presiden PKS, Anis Matta memaknai fenomena ini sebagai kemenangan di tengah badai. Fakta ini sekaligus mengubur dan mematahkan para analis politik yang mengatakan PKS akan ditinggalkan para pendukungnya.  PKS akan habis. Kali ini mereka keliru. Walaupun memang, tetap banyak nada miring yang kemudian muncul, kali ini  malah dilontarkan justru oleh beberapa elemen (organ lain)  di tubuh umat Islam sendiri. Dikatakan bahwa kemenangan PKS di beberapa pilgub tersebut bukan sebuah kemenangan dakwah, benarkah?
Bagi saya sebenci apapun kita pada partai, termasuk partai Islam, tetap saja bangunan institusi itu masih diperlukan dalam kancah politik dan kenegaraan. Partai tersebut, apapun keadaanya, dalam panggung sejarah tetap merupakan hasil karya para tokoh-tokoh muslim, kita mesti menghargainya.  Itu sebabnya, setelah saya pikir lebih dalam, setelah saya pikir lebih jernih, tanpa menafikan adanya kebobrokan yang ada dalam tubuh partai Islam, saya berada dalam posisi yang menguatkan. Memilih jalan untuk menyumbangkan pemikiran konstruktif agar bangunan partai Islam ini terus berkembang lebih baik lagi. Tentu, dalam soal ini tak hanya sebatas PKS saja. Juga termasuk PAN, PKB, PPP sebagai partai Islam dan partai berbasis umat Islam itu.
Saya sadar betul barangkali sikap saya ini terlihat naïf. Tapi, dengan resiko dan tudingan kenaifan apapun, saya masih memilih untuk tetap menguatkan. Nah, terkait dengan fenomena kemenangan PKS  di beberapa pilkada ini, saya kira ada beberapa tafsir dan penjelasannya. Kira-kira, saya mengartikannya sebagai berikut:
Pertama, soliditas kader  yang memukau
Bagi kader PKS, ditetapkannya Luthfi Hasan Ishaq (LHI) mantan Presiden PKS itu sebagai tersangka KPK barangkali membuat syok.  Ada yang tak percaya, ada yang ragu-ragu, banyak yang galau mendapati informasi demikian. Ditengah badai demikian, Anis Mata tampil mengambil alih tampuk kepemimpinan dan langsung berpidato berapi-api, disiarkan langsung oleh beberapa stasiun televisi. Dengan kualitas pidato dan gaya bicara yang berhasil membuat mata para kadernya berkaca-kaca. Tak hanya sekedar pidato, para petinggi PKS juga langsung giat turun ke berbagai daerah untuk mensolidkan barisan kader. Saya kira pada titik inilah modal dasar PKS. Kesolidan kader yang tetap terus bekerja untuk keberhasilan capaian partai, termasuk dalam soal pemenangan pilkada. Barisan kader yang bekerja sebagai tim sukses, pemantau sampai misalnya advokasi sengketa pilkada pengadilan berhasil dijalankan. Ini dalam kasus pilkada Jawa barat. Semua itu bisa dilalui berkat adanya soliditas kader yang memukau.
Kedua, Militansi menghadapi krisis komunikasi
Ketika LHI ditetapkan sebagai tersangka, berbagai media (sekuler) dan beberapa  aktivis sosial media riuh menyerang habis-habisan. Tak hanya LHI yang diserang, tapi tubuh PKS secara keseluruhan. Serangan yang membabi buta, argumen-argumen  begitu kasar dan keterlaluan. Tak peduli informasi benar atau tidak semangatnya pokoknya adalah serang. Plus olok-olokan tentang “sapi” “Jenggot” dll. PKS benar-benar berada dalam krisis komunikasi yang hebat. Tapi, nalar sehat publik tetap berjalan. Saya sendiri pada awalnya biasa-biasa saja tentang PKS. Tidak terlalu punya harapan yang tinggu namun tidak juga terlalu benci. Ya, memang saya akui sedikit mencubit-cubit dan meledek ada. Nah, karena serangan yang membabi buta terhadap PKS ini, saya jadi mengerti bagaimana kualitas para pengkritik PKS, bagaimana mutu argumen dan cara pandang orang-orang itu. Hingga saya berkesimpulan bahwa dalam arus informasi dimana krisis komunikasi PKS sedang terjadi, ada ketidakadilan yang mengemuka di depan mata. Atas fakta demikian, atas ketidakadilan informasi ini, saya malah berbalik untuk mendukung dan menguatkan PKS.
Bukan berarti saya mendukung korupsi yang masih diduga itu, tapi saya memandang bahwa dalam perang informasi, PKS sedang didholimi, maka, saya memilih untuk menguatkan.  Terkait dengan kasus ini, saya juga melihat bagaimana kader-kader PKS bertahan dan punya militansi luar biasa untuk melakukan counter  serangan terhadap partainya. Melalui Twitter, Facebook dan media-media online partisan yang dimilikinya, kader PKS bahu membahu mengembalikan citra partainya. Kemampuan dan ketenangan serta militansi dalam menghadapi krisis komunikasi ini saya kira juga menjadi elemen penting, modal penting PKS bagi sebuah kemenangan kemudian.
Ketiga, kemampuan mematahkan mitos
PKS akan habis, PKS akan hancur. Barangkali banyak pengamat mengatakan demikian setelah kasus LHI. Hanya saja, bagi PKS rasa-rasanya saya melihatnya dianggap sebagai mitos saja. PKS tidak percaya demikian. Dan sikap ini saya kira sudah benar. SIkap optimis saja barangkali masih perlu bukti PKS akan tetap bertahan, bagaimana kalau para petinggi dan kader-kader PKS pesimis, maka benar-benar habislah sudah.  Kalau sikap ini yang ada, tentu hanya membuktikan bahwa mitos tersebut pada akhirnya benar adanya.  Tapi PKS mencoba tidak percaya mitos itu. Semua ini tentu tak lepas dari para petinggi yang menguatkan. Misalnya di berbagai media, Hidayat Nurwahid (HNW) begitu kerap meyakinkan kader-kadernya untuk tetap bisa dan bisa melalui jalan terjal yang disebutnya ujian dakwah ini.  Begitulah,   kira-kira dengan ketiga alasan diatas, akhirnya PKS berhasil memenangkan pilkada Jabar dan Sumut, apakah yang demikian bukan kemenangan dakwah? Saya kira tetap sebagai kemenangan. Dalam konteks ketatanegaran, jalur kekuasaan adalah instrument paling strategis untuk melahirkan kebijakan-kebijakan yang memihak umat Islam? Bagaimana kalau umat Islam tak punya kuasa? kita sudah tahu jawabnya, bahwa penindasan, ketidakadilan dan kesemena-menaan akan nampak di depan mata.
Itulah yang menurut saya rahasia kemenangan PKS. Hanya saja, kemenangan ini bagi saya hanyalah kemenangan awal.  Semacam keberhasilan menjebol benteng. Langkah selanjutnya adalah bagaimana mengelola kekuasaan tersebut. Apakah PKS dengan kepemimpinan di daerah tersebut mampu memberikan kemanfaatan sebesar-besar untuk kemampuan umat dan rakyatnya? Inilah yang menjadi PR kemudian. Kekuasaan hanyalah alat semata. Substansi paling penting adalah kontribusi kepemimpinan bagi kemanfaatan dan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Begitulah kekuasaan menemukan bentuknya (Yons Achmad/Wasathon.com)

http://wasathon.com/opini_anda/read/tafsir_kemenangan_pks

Kamis, 07 Maret 2013

PKS Sungguh Mengecewakan

ANWAR MUHAMMAD | Kompasiana

Bukan rahasia lagi bahwa tingkah polah kader dan PKS sebagai sebuah partai kemarin sore (PKS juga), sungguh mengecewakan banyak pihak. Karena itulah, PKS dianggap nyeleneh dan asing, so’-so’an dan menempuh rutenya sendiri sesuai izin trayek yang diberikan konstituennya. Harapan halayak bahwa kader PKS yang ada di parlemen maupun di birokrasi akan melakukan tindakan semisal korupsi, asusila, narkoba, dan hal-hal terpuji lainnya, hingga sekarang justru jauh panggang dari api. 
(Yang kecewa) Bukan hanya pihak kiri yang doyan pada nilai-nilai Islam (sampai-sampai jadi alergi, hehe) seperti JIL, kebanyakan LSM, serta pegiat-pegiat kebebasan tanpa batas dan norma, tetapi juga pihak kanan yang 'menyukai' (baca: membenci) demokrasi sebagai barang bid’ah, warisan Barat, dll. Saking kecewanya, mereka sampai mengumpat; “RASAIN LOE PKS“, “MAKAN TUH DAGING SAPI”, “EMANG ENAK DIPENJARAIN KPK”, hingga ungkapan-ungkapan sedap lainnya yang datang dari pikiran dan hati yang sungguh bersih dan tulus. Pokoke, PKS gak bisa diharap, mengecewakan.
Jika kita mengutip dua kasus mutakhir yang menimpa PKS yakni kasus LHI (nasional) dan kasus Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno (daerah dimana saya berkecimpung), kita akan melihat siapa saja pihak yang dikecewakan secara detail dan kasat mata oleh PKS. Berikut kira-kira rinciannya.
Kasus Proposal Dana Safari Dakwah
Kasus ini menimpa Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, dengan tuduhan memberikan dana sebesar 1,9 M untuk kegiatan Safari Dakwah DPP PKS. Lucunya (ha ha ha), kasus ini justru ditemukan sendiri oleh Sang Gubernur (yang memperoleh penghargaan kearsipan dari ANRI) dari laporan staffnya. 
Ada dana yang dianggarkan pada 2013 untuk kegiatan safari dakwah DPP PKS, tetapi beliau dan juga Sekdaprov tidak pernah mengetahui apalagi menandatanganinya… hmm mengecewakan. Usut punya usut, ternyata terungkap bahwa dana tersebut dimasukkan oleh salah seorang staff yang telah dinon-jobkan (pake salah nge-poskan anggaran lagi) berdasarkan sebuah proposal yang tidak jelas pengirim dan kepada siapanya… Maklum, Sumbar itu memang tempatnya pakar-pakar politik, kaum cerdik pandai. Alhasil, selain dana tersebut belum diapa-apakan, skenario orang kecewa dan lawan politik PKS juga masih perlu belajar banyak ke Hanung Bramantyo, supaya layak tayang.
Nah lho, siapa yang kecewa pada kasus ini?? Wakil Gubernur yang amat nafsu jadi gubernur? Golkar dkk yang tidak terima status quonya tercemar? Demokrat yang sedang limbung? Atau banyak lagi yang dikecewakan. Hmmmm, kalian yang amat rakus akan harta, tahta, permata, walau hanya banyak ota, bersiap siagalah untuk kecewa, lalu berkata “apa mau dikata”. Ternyata, Irwan itu memang jujur, baik hati, shabar, santun, pengabdiannya tulus, meski namanya seperti wong jawi. Saya sarankan, bagi hamba-hamba yang jauh dari Tuhan, ambillah cermin, tatap wajahmu yang jarang kena air wudhu’. Meski engkau poles dengan dandanan atau image enhancement software, rakyat jelata seperti saya, tetap akan melihat aura kerakusanmu akan kuasa. Your eyes can not lie, brother.
Kasus Suap Quota Impor, LHI
LHI, sudah lebih sebulan menginap di hotel prodeo KPK. Tuduhannya, terjerat operasi tangkap tangan KPK, pada suatu malam di hotel Le Meridien (tidak) bersama Ahmad Olong Fathanah yang cerdas, dan gadis manis bernama Maharani, maha yang tidak dimiliki Tuhan. Gebrakan KPK yang prestisius ini telah melelapkan kader-kader macan PKS, seraya menggelorakan semangat manusia pihak kanan dan kiri. Bukankah KPK itu adalah Tuhan baru yg titah dan firmannya adalah kebenaran sejati?? Yang lain boleh salah, KPK?? Gak mungkin, mustahil, mosok firman Tuhan keliru?? Hal ini diakui Anis Matta sendiri, sehingga beliau mendukung KPK untuk terus melaksanakan pemberantasan korupsi, meskipun, sebagai rekan LHI, dalam hati Anis Matta berkata; “KPK, maafkan kami karena akan mengecewakanmu“.
Oiya, tadi pagi di tivi, saya menyaksikan Bapak Johan Budi menyampaikan bahwa Ahmad Cerdas Fathanah, orang dekat LHI yang tidak begitu dikenal kader-kader PKS, telah disangkakan dengan pasal TPPU (Pencucian Uang). Pertanyaannya, ini sangkaan tambahan yg baru, atau bagaimana boss? Yg dulu ('ketangkep tangan itu') bagaimana?? Hanyuuuut??
Mengapa PKS akan mengecewakan KPK dan orang-orang alergi lainnya? Bandingkan saja fakta-fakta berikut.

  1. KPK dipilih oleh DPR. Berapa % anggota DPR yg baik, bersih, jujur?? Kalau anda ragu, berarti pilihan DPR sudah pasti meragukan khan bro?? Dengan crisp logic, saya ingin mengatakan bahwa % komisioner KPK yang bersih, sebanding dengan % anggota DPR yang bersih. Setuju gak? Kita tidak bahas bagaimana kualitas penyidik lho mas. [Ada yg komen; ini gerakan pelemahan KPK, hehe]

  2. LHI dipilih oleh anggota dewan syuro, anggota dewan syuro dipilih oleh kader-kader PKS di daerah (baca AD/ART PKS, tanyakan ke mereka, via email juga boleh).

  3. Komisioner KPK ada yang rajin puasa sunnat (kata Johan Budi), ustadz-ustadz juga.

  4. Kader-kader akar ilalang PKS (saja) disuruh menjaga amal-amal hariannya, spt: shalat berjama’ah, shalat malam, puasa sunnat, baca Qur’an 1 juz/hr, olahraga, infaq, silaturrahim, baca buku, dll.

  5. Begitu jadi tersangka, LHI langsung mundur (meski ini amat mengecewakan Demokrat, Golkar & PDIP tentunya. Yg lain mungkin juga, hehe). Saat kasus Bibit-Chandra?? Siapa yg mundur??

  6. Anis Matta jadi presiden, langsung mundur dari Wakil Ketua & anggota DPR. Antasari Azhar??
Yaaa, sudahlah. Ini sudah ranah hukum, tidak lagi domain opini, wacana, atau inspirasi artikel para kompasianer yang pintar-pintar, termasuk saya, hehe. PKS sudah terlanjur dibenci oleh para kadernya, bahkan yg sudah tidak pernah ikut pengajiannya PKS sekalipun. Semakin kasus ini mengambang, kian laris pulalah Tempo yang selalu menjadikan Yusuf Supendi dan anonim sebagai rujukan informasi akurat, bahkan mendahului kejadiannya. Secepatnya saja digelar ke meja hijau TIPIKOR, agar firman-firman KPK masih tetap bertuah, khususnya kepada Anas Urbaningrum, Andi A Mallarangeng, IBAS, dll. Kalau perlu, beri mereka ini penghargaan karena 'sudah patuh dan mau ditahan' oleh KPK, serta tidak akan pernah berniat menghilangkan barang bukti atau kabur keluar jagad.

Kita tunggu saja, PKS dan KPK adu bersih.

Wallahu a’lam bis-shawwab.

*http://politik.kompasiana.com/2013/03/07/pks-sungguh-mengecewakan-534901.html

Temu Jiwa Sentuh Fisik


Dari buku "Serial Cinta", karya Anis Matta.

Shalatnya panjang dan khusuk. Keluh dan resah mengalir dalam doa-doa. Hasrat dan rindu merangkak bersama malam yang kian kelam. Usai shalat perempuan itu akhirnya rebah di pembaringan. Cemasnya belum lunas. Lama sudah suaminya pergi. Untuk jihad, memang. Tapi cinta tetaplah cinta. Walaupun jihad, perpisahan selalu membakar jiwa dengan rindu. Maka ia pun rebah dengan doa-doa; “Ya Allah, yang memperjalankan unta-unta, menurunkan kitab-kitab, memberi para pemohon, aku memohon pada-Mu agar Engkau mengembalikan suamiku yang telah pergi lama, agar dengan itu Engkau lepaskan resahku. Engkau gembirakan mataku. Ya Allah, tetapkanlah hukum-Mu di antara aku dan khalifah Abdul Malik bin Marwan yang telah memisahkan kami”.

Untungnya malam itu Khalifah Abdul Malik bin Marwan memang sedang menyamar di tengah pemukiman warga. Tujuannya, ya, itu tadi; mencari tahu opini warga soal pengiriman mujahidin ke medan jihad, khususnya istri-istri mereka. Dan suara perempuanlah itulah yang ia dengar.

Ini tabiat yang membedakan cinta jiwa dari cinta misi; pertemuan jiwa dalam cinta jiwa hanya akan menjadi semacam penyakit jika tidak berujung dengan sentuhan fisik. Disini rumus bahwa cinta tidak harus memiliki tidak berlaku.

Cinta jiwa bukan sekedar kecenderungan spritiual seperti yang ada dalam cinta misi. Cinta jiwa mengandung kadar sahwat yang besar. Dari situ akar tuntutan sentuhan fisik berasal. Mereka menyebutnya passionate love. Tanpa membawa semua penyakit. Sebagaimana hanya akan berujung kegilaan. Seperti yang dialami Qais dan Laila.

Ini mengapa kita diperintahkan mengasihi para pecinta; supaya mereka terhindar dari cinta yang seharusnya menjadi energi, lantas berubah jadi sumber penyakit. Maka sentuhan fisik dalam semua bentuknya adalah obat paling mujarab bagi rindu yang tak pernah selesai. Ini juga penjelasan mengapa hubungan badan antara suami istri merupakan ibadah besar, tradisi kenabian dan kegemaran orang shalih. Sebab, kata Ibnu Qayyim dan Imam Ghazali, ia mewariskan kesehatan dan jiwa raga, mencerahkan pikiran, meremajakan perasaan, menghilangkan pikiran dan perasaan buruk, membuat kita lebih awet muda dan memperkuat hubungan cinta kasih. Makna sakinah dan mawaddah adalah ketenangan jiwa yang tercipta setelah gelora hasrat terpenuhi,

Makna itu dapat dipahami Abdul Malik bin Marwan. Maka ia pun bertanya, “Berapa lama wanita bisa bertahan sabar?” “Enam bulan” jawab mereka. Kisah itu sebenarnya mengikuti pada temuan yang sama dimasa Umar bin Khattab. Dan di kedua kisah itu, kedua perempuan itu sama-sama melantunkan syair rindu dan hasrat, dan Abdul Malik bin Marwan mendengar bait ini;

air mata mengalir bersama larut malam
sedih mengiris hati dan merampas tidur
bergulat aku lawan malam
terawangi bintang hasrat rindu mendera-dera
melukai jiwa

Memang hanya puisi tempat jiwanya berlari. Melepas hasrat yang tak mau dilepas. Sebab rindu tetap saja rindu. Puisi tak akan pernah sanggup menyelesaikannya. Sebab memang begitulah hukumnya; hanya sentuhan fisik yang bisa mengobati hasrat jiwa.

Kemenangan Gatot Bukti Kader Tangguh


Calon Gubernur Sumut nomor urut 5, Gatot Pujo Nugroho dan istrinya Sutias Handayani usai memberikan hak suaranya di Pemilukada Sumut Kamis (7/3) 
 

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Pasangan calon gubernur-wakil gubernur Sumatra Utara (Sumut) Gatot Puja-Tengku Erry unggul sementara dalam hitung cepat yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dan Indobarometer.
Ketua DPW PKS Sumut Muhammad Hafez mengatakan kemenangan ini adalah ekses dari kemenangan Aher-Demiz di Pemilukada Jabar.

"Kader PKS semakin tangguh setelah mengalami musibah yang tidak kita harapkan," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (7/3). Hafez melanjutkan kemenangan pasangan yang diusung oleh PKS, Hanura, PPN, Patriot, PKNU dan PPN ini juga hasil dukungan ormas dan parpol pendukung.

Hafez mengungkapkan metode hitung cepat sangat ilmiah dan terbukt hasilnya mendekati akurat di setiap ajang kontestasi politik. “Oleh karena itu, amanah rakyat Sumut ini agar dikawal dengan cermat oleh seluruh jajaran Tim Sukses dari berbagai elemen yang ada,” ujar Hafez.

Hingga berita ini dibuat, pasangan Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry Nuradi unggul dalam hitung cepat Lingkaran Survei Indonesia dan Indobarometer. LSI merilis angka kemenangan 33,49%, sementara di urutan kedua adalah pasangan Effendi Simbolo-Jumiran Abdi dengan 26,84% dengan data masuk sebesar 81,7% dari 26.443 TPS.

Sementara data lembaga Indobarometer merilis angka 32,97% untuk Gatot-Tengku Erry dan 24,02 % dari jumlah TPS yang sama dari 33 Kota/Kabupaten.

Kemenangan Jabar Ikut Pengaruhi Semangat Kader di Sumut



Medan(7/4) - Pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Hanura, Partai Patriot, PPN dan PKNU unggul sementara dalam hitung cepat lembaga Indobarometer dan Lingkaran Survey Indonesia dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Kemenangan Gatot yang juga kader PKS ini diyakini tidak terlepasa dari kemenangan yang diraih PKS di Jawa Barat lewat pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar. Demikian diungkap Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS Provinsi Sumut Muhammad Hafez.

Hafez mengungkapkan metode hitung cepat sangat ilmiah dan terbukt hasilnya mendekati akurat di setiap ajang kontestasi politik. “Oleh karena itu, amanah rakyat Sumut ini agar dikawal dengan cermat oleh seluruh jajaran Tim Sukses dari berbagai elemen yang ada,” ujar Hafez.

Ia juga mengungkapkan rasa syukur serta terimakasih kepada seluruh elemen partai politik dan ormas yang bukan hanya memberikan dukungan simbolik tapi kerja nyata di lapangan untuk pemenangan Gatot-Tengku Erry. “Secara khusus saya ucapkan terimakasih kepada kader-kader PKS yang luar biasa tangguh meski beberapa waktu lalu partai mengalami musibah yang tidak kita harapkan bersama,” ujar Hafez merujuk pada penangkapan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq akhir Januari 2013 lalu.

Hingga rilis ini dibuat, pasangan Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry Nuradi unggul dalam hitung cepat Lingkaran Survey Indonesia dan Indobarometer. LSI merilis angka kemenangan 33,49%, sementara di urutan kedua adalah pasangan Effendi Simbolo-Jumiran Abdi dengan 26,84% dengan data masuk sebesar 81,7% dari 26.443 TPS. Sementara data lembaga Indobarometer pimpinan Mohamad Qodari merilis angka 32,97% untuk Gatot-Tengku Erry dan 24,02 % dari jumlah TPS yang sama dari 33 Kota/Kabupaten.

Rabu, 06 Maret 2013

Selamat Datang Harapan

Oleh Anis Matta

Kita tidak boleh lelah. Sampai hari ini. Bahkan sampai kapan pun. Untuk terus mengulang-ulang cara kita membaca perjalanan panjang perjuangan dakwah ini. Cara kita memahami setiap satuan capaian akan sangat mempengaruhi persepsi kita tentang keseluruhan perjalanan perjuangan kita. Tidak semata bagaimana capaian itu dihasilkan, tapi juga bagaimana capaian itu dilanjutkan. Tidak semata bagaimana kemudahan didapat, tapi juga bagaimana gangguan dan rintangan datang menghambat.

Itu pula yang akan mengantarkan kita kepada sebuah sikap –sebagaimana dikatakan oleh kholifah Harun Al-Rasyid, “Saya tidak bangga dengan keberhasilan yang tidak saya rencanakan, sebagaimana saya tidak akan menyesal atas kegagalan yang terjadi di ujung segala usaha maksimal.” Ya, yang paling sempurna tentu saja keberhasilan yang diberikan Allah setelah usaha dan kerja-kerja maksimal.

Dengan cara membaca yang benar dan menelaah yang utuh tahapan demi tahapan perjalanan kita, maka kita akan selalu mendapat penjelasan baru yang terus menyegarkan, tentang bagaimana realitas perjuangan ini dicapai, dan apa yang harus kita lakukan untuk menciptakan realitas baru berkelanjutan.

Sejarah umat Islam sangat kaya dengan pelajaran penting tentang hukum sebab akibat. Bahwa sebuah kemenangan memiliki syarat-syaratnya. Sebagaimana kehancuran sebuah bangsa, sebuah umat, memiliki sebab-sebabnya.

Sebagaimana para individu memiliki ajal, begitu juga sebuah umat, memiliki umurnya sendiri. Allah SWT berfirman, “Dan setiap jiwa yang bernyawa pasti akan merasakan mati.” Dalam firman-Nya yang lain, “Dan bagi setiap umat ada ajalnya.”

Karena itu, sebelum jauh-jauh berbicara tentang bagaimana sebuah partai harus menang, yang harus kita lakukan adalah menanyakan tentang bagaimana sebuah partai bisa hidup. Umur partai ditentukan oleh umur misinya, selama misi itu hidup, maka selama itu partai itu hidup. Hal-hal yang membuat sebuah partai bisa hidup adalah:

- Adanya misi kemanusiaan yang luhur dalam kerja-kerja politik partai itu. Misi itulah yang akan memberi sentuhan-sentuhan kemanusiaan pada kerja-kerja politik.

- Misi itu juga akan menerbitkan manfaat langsung, dalam bentuk spritual maupun material. Kehadiran partai yang punya misi akan memberi manfaat secara politik, sosial, maupun ekonomi.

[to be continued]

Popular Posts