Featured Article

Senin, 12 Mei 2014

Beginilah Umar bin Abdul Aziz Ditarbiyah Sejak Kecil


Di masa kecilnya Umar bin Abdul Aziz diutus orang tuanya Abdul Aziz bin Marwan untuk belajar adab di Madinah. Beliau meminta kepada Imam Shalih bin Kaisan untuk melakukan itu.

Adab pertama yang diajarkan gurunya adalah membiasakan shalat berjama'ah di mesjid.

Pada suatu kali ia terlambat untuk menghadiri shalat berjama'ah. Setelah ditanya oleh gurunya ia menjawab: "Tukang sisir rambutku kelamaan menyisirnya".

Gurunya berkata: "Segitunya menyisir rambut, sampai melambatkanmu untuk menghadiri shalat berjama'ah?"

Saat itu juga gurunya menulis surat kepada ayah Umar bin Abdul Aziz yang menjadi gubernur di Mesir, melaporkan hal itu.

Mendapatkan berita itu, ayah Umar bin Abdul Aziz segera mengirim tukang cukur dari Mesir ke Madinah. Sesampainya di Madinah ia terus saja menemui Umar bin Abdul Aziz. Tanpa ba bi bu langsung saja mencukur rambutnya sampai licin.

Di antara pelajaran yang bisa diambil:

1. Sebelum disekolahkan, anak-anak diajari adab terlebih dahulu.

2. Adab paling penting yang pertama sekali ditanamkan kepada anak adalah menghadiri shalat berjama'ah di mesjid.

3. Kepedulian tinggi dan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru dalam mendidik anak.


*by Zulfi Akmal

Kamis, 08 Mei 2014

Suara-suara Dari Kedalaman Hati



Lelaki itu limbung. Galau. Wajahnya kacau. Tegak ia mencoba berdiri. Namun beban masalah membuatnya lunglai.

Sesungguhnya dia lelaki yang damai. Di hatinya tidak tersimpan benci. Seluruh cintanya telah diserahkan kepada sebuah jalan yang sangat suci. Jalan dakwah yang sangat ia yakini akan memberikan kebaikan abadi.

Cinta yang ia berikan serasa tidak bertepi. Sangat luas, tidak terperi. Namun hatinya tengah tersakiti. Tidak tahu dimana ia akan berhenti menepi. Sebentar saja, sekedar melepas kegundahan hati.

Bertanya, ada apa. Tanpa jawab, tanpa suara. Bimbang ia kumpulkan tenaga. Subhanallah, ia lihat cahaya. Terang, seterang cintanya.

Bangkit. Lelaki itu bangkit berdiri. Berkata kepada diri sendiri.

Kerjakan saja !

Karena kita sudah mengetahui bahwa yang kita inginkan adalah kridhaan-Nya. Bukan sedang menghamba harta ataupun jabatan dunia. Mengapa masih dibuat risau oleh pandangan dan penilaian manusia?

Laksanakan saja !

Karena kita semua sudah berikrar bahwa hidup dan mati adalah untuk-Nya. Bukan untuk membela kepentingan-kepentingan sesaat dan membela sesiapa. Kerja kita semua di jalan mulia. Hanya untuk Allah saja !

Lakukan saja !

Karena perjalanan ini masih panjang dan memerlukan kesungguhan dan kesetiaan kita. Tujuan tidak akan tercapai jika keengganan menyelimuti jiwa. Lawan kemalasan, buang kepengecutan.

Curahkan saja !

Semua tenaga terbaik sudah selayaknya kita curahkan untuk mengemban amanah dakwah. Yakinlah jalan ini penuh berkah melimpah. Di hadapan telah menunggu surga yang indah.

Nikmati saja !

Hidup ini terlalu singkat untuk disesali dan dikesali. Jalan perjuangan yang sangat panjang menantang, harus terus menerus kita lalui. Jangan gagal menikmati, semua indah pada waktunya jika kita mengerti.


*http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=2765

Pemerintah Zionis Israel Dukung Jokowi Jadi Presiden


Pemerintah zionis Israel sangat berkepentingan terhadap Indonesia terutama saat pergantian puncuk pimpinan.

Media Israel Israelforeignaffairs.com yang dikutip Republika Online (Rabu, 16/4), rezim di negeri Zionis itu mengamati sepak terjang Jokowi.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendukung langkah Jokowi yang mengedepankan pemerintah bersih serta menghargai kebhinekaan. Netanyahu sendiri berharap jika Jokowi menjadi presiden Indonesia dapat membawa perdamaian di Timur Tengah khususnya Israel-Palestina.

Masih dalam laporan Republika, bergabungnya PDIP dengan NasDem itu bukan hal yang istimewa terlebih lagi di partai yang didirikan Surya Paloh itu terdapat Ferry Mursyidan Baldan yang mempunyai hubungan baik dengan zionis Israel.

Ferry sendiri pernah menghadiri acara kemerdekaan Israel di Singapura. Bisa jadi melalui NasDem, hubungan baik Jokowi dan Israel akan terjalin terutama saat mantan Wali Kota Solo itu menjadi Presiden Indonesia. (sumber: Kompasiana)

*Foto: Menlu Inggris dan Jokowi (Dok Republika)

Minggu, 04 Mei 2014

Kedengkian Menyebabkan Memilih Jalan Kesesatan


Sebagian orang yang sesat dan memilih jalan kesesatan bukanlah karena ia tidak tahu mana yang hak dan mana yang batil.

Akan tetapi dia tersesat karena kebencian dan kedengkiannya kepada orang lain atau kelompok lain.

Awalnya sepele, akan tetapi karena kebenciannya itu dibiarkan tumbuh dan berkembang, bahkan dipupuk dengan perangai jahat dan kata-kata berbisa, akhirnya ia tidak merasa lagi bahwa dia sesat, bahkan merasa dirinya benar dan berada pada pihak yang benar.

Awalnya mungkin ada perperangan batin yang dahsyat seperti yang pernah dirasakan oleh Umayyah bin Abi Shalt dan Abu Jahal. Akan tetapi ketika bertemu dengan teman seide atau komunitas seperangai, kedengkian itu mengkristal hingga menutup batinnya untuk melihat kebenaran. Akhirnya sampai pandangannya terbalikpun tidak dia sadari lagi.

Sifat-sifatnya yang dulu mulia akhirnya terkikis menjadi biadab. Semua hanya berubah karena benci dan dengki.

Sejarah mencatat banyak sekali orang bertipe seperti ini. Di antaranya para pembesar kafir Quraisy yang menjadi penentang dakwah Rasulullah, seperti: Walid bin Mughirah, Al 'Ash bin Wail, Umayyah bin Khalaf, 'Uqbah bin Abi Mu'aith, 'Utbah bin Rabi'ah, Nadhar bin Harits, juga gembong munafik Ibnu Ubay bin Salul dan seluruh Yahudi Madinah yang tidak mau beriman kepada Rasulullah.

Baik itu kedengkiannya kepada pribadi Rasulullah maupun kebenciannya kepada keluarga atau suku Rasulullah. Seperti, bagaimana dahsyatnya kedengkian Bani Makhzum (suku Abu Jahal) kepada Bani Hasyim (suku Rasulullah).

Atau yang lebih dahsyat dari itu bagaimana kedengkian Bani Hanifah (suku besar Musailimah al Kadzdzab) kepada Bani Mudhar (suku besar Rasulullah).

Seluruh orang yang kita sebutkan di atas awalnya adalah orang-orang mulia yang bersifat dengan sifat baik. Para pemilik akal cerdas yang menjadi rujukan. Hingga mereka dijadikan panutan dan pemuka masyarakat. Tapi sayang sekali, mereka jadi jahat justru ketika kebenaran dan hidayah datang menyapa.

Allah berfirmah dalam surat al Baqarah 109:

حسدا من عند أنفسهم من بعد ما تبين لهم الحق

"...karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka..."

Ya Allah, sucikan hati kami dari kedengkian yang menghitamkan hati nurani. Pertemukan kami dengan teman-teman yang saling mengingatkan untuk menjauhi sifat keji. Dan jauhkan kami dari orang-orang yang meracuni batin kami dengan perangai yang Engkau murkai.


*by Zulfi Akmal
(Al Azhar, Cairo)

Popular Posts