Rabu, 03 April 2013

"Antara Diriku dan Dia ada Sesuatu"


Heni Damanik

Setiap pagi, aku selalu mengucapkan syukur akan ni’mat Tuhan yang diberikannya kepadaku sehingga aku tetap berada dalam naungan cinta-Nya.  Tetap berada dalam lingkaran ini (dakwah). Ya, tetap bersemai dari 4 tahun silam. Pagi ini aku ingin bercerita tentang bagaimana aku mengenal lingkaran ini.


***

15  tahun silam, aku hanyalah seorang gadis kecil yang sungguh tidak mengenal agamaku. Yang aku tahu agamaku adalah Islam. Hanya sebatas itu..!! sedikit-sedikit tau sholat dan puasa. Itupun hanya sebatas aku mengerjakan sholat karena dimarahi oleh ayah. Ayahku sungguh memiliki sifat yang sangat keras kepada kami anak-anaknya. Namun aku lebih keras dibandingkan Ayahku..!

Satu hal aku tidak pernah suka dengan pelajaran Agama. Belajar mengaji itu tidak pernah kulakukan. Bahkan ketika MDA (Madrasah Diniyah), aku jarang masuk..! Aku pergi dari rumah namun tidak pernah sampai ke MDA, aku akan asyik bermain dengan teman laki-laki, kadang berenang di sungai, menguras kolam, main bola, memanjat pohon jambu, dll.

Pernah suatu hari Ayah membawa guru ngaji ke rumahku. Saat itu aku kelas 1 SMP. Dan mau tau apa yang kulakukan kepada guru ngaji itu..??. Guruku itu aku biarkan ngaji sendiri dari ba’da ashar hingga ba’da magrib. Kasian ya..!! Sungguh aku sangat keterlaluan. Akhirnya karena itu aku dihukum Ayahku. Dan saat itu aku menyalahkan agama. Aku benci belajar agama!! Sangat benci.

Semenjak itu, Ayahku tidak pernah memaksaku untuk mengaji lagi. Namun ia tetap memaksaku untuk sholat, bacaan dalam sholat kuketahui dari mulut ayahku dan surah yang selalu ku pakai hanya 3 Qul (An-naas, Al-Falaq, Al-ikhlaas). Dan alhasil hanya ini yang kuketahui hingga aku tamat SMP dan memasuki SMA.

Ayahku tetap berusaha untuk membuatku paham akan agamaku. Namun entah apa yang terjadi, aku selalu membantahnya dalam hatiku. Sikap dan sifatku tetap seperti hingga aku SMA. Dan akhirnya Allah berkehendak lain. Tepat tanggal 17 Nopember 2006, ayahku di panggil sang Khaliq.

Ini kisahku bagaimana aku sangat tidak mengenal agamaku dan bagaimana pengorbanan seorang Ayah yang berusaha agar anaknya mampu paham tentang agamanya.

***

Kehidupanku berubah total ketika  ayahku kembali kesisi-Nya. Aku pun gak tau apa yang harus kulakukan, sungguh semua ini tidak pernah kubayangkan. Berjalannya waktu hingga aku tamat SMA, kujalani hidupku tanpa seorang Ayah yang selalu “marah” bila aku tak sholat. Karena tiada biaya aku memutuskan untuk tidak kuliah ditahun itu, namun hatiku tetap mengatakan “aku harus kuliah”. Akhirnya dengan segala kekuatanku aku mampu mengumpulkan uang untuk kuliah dan akhirnya aku kuliah setelah 1 tahun bekerja.

Namun sampai disini aku masih seperti dulu, gadis yang tidak tahu apa-apa tentang  agamanya. Dan mungkin disinilah ALLAH memainkan hati ini. Aku pergi ke Medan untuk pertama kali dan tanpa ditemani ayah atau ibuku.  Iri rasanya kepada mahasiswa yang lain, mereka diantar ayah dan ibunya untuk mendaftar ke kampus yang mereka tuju. Sedangkan aku semuanya serba sendiri dari semenjak mendaftar, tes dan akhirnya lulus dan menjadi mahasiswi.

Aku masih seperti dulu alergi dengan jilbab dan rok. Hari-hari aku hanya memakai celana dan baju oblong tanpa pernah tau apa itu menutup aurat. Namun kampusku mewajibkan mahasiswinya memakai jilbab. Akhirnya dengan terpaksa, aku memakai jilbab yang hanya dililitkan ke leher bagai mau gantung diri.

Kostku yang berhadapan dengan mesjid membuat aku selalu mendengar panggilan sang Rabbku. Alhamdulillah saat kuliah, sholatku terjaga 5 waktu walau hanya dengan surah 3 Qul setiap sholat.

Dan setiap subuh di mesjid itu selalu ada pengajian subuh namun aku tidak pernah mengikutinya karena tanpa aku ke mesjid pun apa yang disampaikan penceramah itu akan aku dengar. Hingga di subuh itu (Oktober 2008) aku mendengar sang ustad berkata ” ada 3 amal yang tidak terputus ketika kita meninggal yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat,  dan doa anak yang mendoakan orang tuanya yang meninggal”.
Terdetak jantung ini mendengar syarat yang ke tiga. Sungguh entah apa yang terjadi padaku, air mataku tumpah ruah, dadaku sesak. Bayang-bayang masa kecil hingga aku SMA semua ada di pikiranku. Saat aku tidak mau ngaji, saat aku tidak mau sholat dan saat aku membantah perintah ayahku. Semua bercampur aduk ada rasa bersalah dan menyesal. Namun akhirnya aku mampu menguasai diri ini dan inilah titik balik aku menemukan hidayah Allah.

Yang ada di pikiranku saat itu, bagaimana aku harus menjadi anak yang sholeh agar doaku dapat diterima ALLAH dan memasukkan ayahku ke surga. Hanya itu yang kuinginkan. Dan hal yang pertama kali harus kulakukan adalah belajar mengaji, karena tidak mungkin sholatku diterima Allah sedangkan surah yang selalu kubaca dan kuulang tiap sholat hanya surah 3 Qul (Al-ikhlas, Al-falaq, An-naas).

Dan alhamdulillahn akhirnya aku bertemu dengan seorang kakak senior di kampus yang mau mengajariku mengaji. Sebenarnya ketika aku bertemu dengan dia, aku sungguh kaget karena busananya yang mencerminkan ketakwaan dengan jilbab besarnya. Sedangkan aku, celana jeans dan jilbab melilit leher. Namun sedikitpun ia tidak pernah mempermasalahkan penampilanku.

Dan aku pun belajar mengaji dan mengenal lebih dalam tentang agamaku didalam lingkaran kecil yang disebut mentoring (Liqo/ Nopember 2008). Dan kakak itu begitu sabar membantuku. Akhirnya berawal dari lingkaran kecil itu aku mampu membaca Al-Qur’an dan memahami Agamaku. Dan akhirnya aku mampu memakai pakaian syar’i yang diwajibkan Allah kepada wanita Islam. Aku sangat bersyukur akan semua yang aku alami dan proses diriku mendapat hidayah ini.

Kini 4 tahun sudah aku berada dalam lingkaran kecil itu. Begitu banyak cerita-cerita indah dalam lingkaran itu dan mampu mengubah hidupku. Dan aku baru tahu dua tahun yang lalu kalau kakak itu anggota partai Islam. Namun sedikitpun tidak pernah keluar dari bibirnya mengenai partai itu. Ya, partai itu adalah partai yang saat ini terus dibully oleh mereka yang tidak menyukainya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Aku tau bahwa Allah memberiku hidayah melalui seorang kader PKS  yang mengajarkan arti kesabaran, keistiqomahan dan semangat menggapai Ridho-Nya. Dan aku juga tau bahwa Partai ini hanya lah wadah untuk kader-kadernya dalam berbuat yang terbaik untuk Agama dan Negeri ini.

Namun aku juga mengetahui bahwa kader-kader partai ini juga manusia yang kadang memiliki kesalahan. Mereka bukan malaikat. Dan saat ini hatiku masih menyakininya..!! Oleh sebab itu aku masih bersama partai ini untuk membangun bangsa ini. []


Medan,03-04-13

0 komentar:

Posting Komentar