"Teladan di Medan Khilafah"
By: Nandang Burhanudin
***
Hampir 14 abad lamanya, umat Islam mulai dari Jazirah Arabia, Persia,
Maroko, Turki, Balkan, Andalusia, Mesir, Syam, Asia Tengah secara
bergantian menguasai dunia. Masa kejayaan terus berlanjut. Generasi dari
ke generasi, meraih prestasi tersendiri.
Mereka gigih memperjuangkan 'izzul Islam wal Muslimin. Tidak
larut dalam penantian. Tidak pula sibuk meminta pertolongan, atau
turunnya mukjizat dalam diam. Berkorban hingga tetes darah penghabisan,
demi meraih satu keajaiban berganti keajaiban lainnya. Salah satu
keajaiban itu bernama perang Malazghirat.
Catatan sejarah tak akan melupakan peran serta Alip Arselan, Kalj
Arselan, Sultan Murad, Muhammad Al-Fatih, dan Yawuz Salim, dan pahlawan
lainnya dalam peperangan tersebut.
Alip Arselan mengenakan jubah putih. Setelah memeriksa pasukan. Ia
berdiri dan dengan berapi-api mengobarkan semangat tempur pasukan
muslim. Dalam pidatonya ia berkata, "Ya Allah jadikan jubah putih yang
hamba kenakan saat ini, sebagai kain kafan."
Kata-kata yang menggelegar dan meluluhlantahkan rasa takut, ia iringi
dengan menerobos pasukan musuh yang jumlahnya berlipat-lipat kali
melebihi jumlah pasukan yang ia pimpin. Ia pun meraih kemenangan. Namun
ia bersedih, karena Allah belum menakdirkan menjadikannya syahid di
medan tempur.
Lain halnya dengan Sultan Murad I. Sebelum bertempur ia pun berdoa, "Ya
Rabb. Menangkanlah kaum muslimin. Karuniakan syahid untukku."
Allah mengabulkan doa sang mujahid. Pasukannya menang. Ia sendiri
syahid, setelah sebuah pedang besar menusuk dadanya. Ia pun tersunggur.
Ia mengucapkan syahadatain. Lantas berpesan kepada prajuritnya,
"Janganlah kalian turun dari punggung kuda!"
***
Sahabat, di kala jihad terpinggirkan dari "kamus" perjuangan kita. Maka
saat itu kita telah membiarkan musuh mengepung kita dari berbagai
penjuru. Matinya semangat jihad, baik jihad bermakna kesungguhan
menjalani kehidupan tanpa sibuk mencaci-maki keadaan, atau jihad
bermakna qitaal (berperang di medan tempur), adalah penyebab utama dari
keadaan berikut:
1. Melemahnya kualitas fisik
Fisik kaum muda muslim, sangat jauh dibandingkan dengan kekuatan fisik
generasi muslim tempo dulu. Contoh para sahabat-tabi'in mungkin laksana
dongeng bagi kita saat ini. Contoh zaman sekarang saja, kekuatan fisik
generasi muda muslim di Indonesia -terutama- masih jauh dari harapan.
Terbukti, fisik kita tidak kuat dibawa lari walau hanya 1 km.
2. Melemahnya fokus
Minimnya melatih fisik, melahirkan kelemahan kedua yaitu kelemahan fokus
dalam berpikir dan bertindak. Hal ini nampak, saat kebanyakan generasi
muda muslim di Indonesia, mudah terkecoh-terperosok rayuan atau
terhipnotis paham-paham nyeleneh, baik ekstrim kiri maupun ekstrim
kanan. Paham sentimentil yang cenderung megalomania, mengawang-awang,
dan tidak menyentuk keadaan riil. Atau tertipu dengan keuntungan materi
sesaat, yang malah dianggap ghanimah. Akhirnya, harapan-harapan besar
semakin menjauh dari fokus gerak-derap-dan langkah hidup kita. Tragisnya
kita menjadi orang-orang yang "super sibuk" melakukan kesia-siaan, baik
di dunia nyata terlebih di dunia maya.
3. Melemahkan semangat
Semangat adalah modal utama semua pergerakan. Semangat menggembalakan
domba-domba tersesat membuat misionaris di tanah air dan di dunia Arab,
tak pernah mengenal kata lelah. Demikian juga dengan semangat Israel
Raya, Zionis di pelbagai dunia tak kenal henti mendesain kondisi dunia
agar tetap berpihak kepada mereka. Namun perhatikan semangat kita, kaum
muda muslim. Karena spirit jihad sudah melemah, maka semangat yang
tersisa hanya terbatas di tataran koar-koar belaka. Anehnya, beberapa
kalangan sangat bangga dengan pekerjaan berkoar-koar.
4. Melemahkan asas menghormati pejuang
Ini yang paling parah. Dalam ketidakberdayaan melakukan apapun, kita
masih sempat menganggap sepele, mencaci-maki, menebar fitnah, bahkan
mengadu domba para pejuang yang mungkin berbeda pemahaman dan beda
konsep dalam berjuang.
HAMAS misalnya. Andaikan tidak ada brigade-brigade tempur yang
dikoordinaotri oleh Harakah Muqawamah Al-Islamiyah (HAMAS), maka
sebenarnya tak ada satu jengkal pun tanah Palestina yang tersisa. Namun
di belahan bumi lainnya, peran jihad HAMAS dikotori dengan fitnah-fitnah
keji oleh kita yang tak memiliki kemahiran-keterampilan dan kemampuan
minimal melawan Israel.
Moursi misalnya. Di saat Moursi berjibaku untuk menghadapkan tawajjuh
Mesir kembali ke pangkuan Islam, Moursi dihadapkan pada
celaan-fitnah-ancaman pembunuhan-makar-caci maki-bahkan pembusukan
karakter. Jika itu dilakukan oleh kaum LIberal-Zionis-Sekuler, maka
lumrah dan wajar. Namun muslim yang ambigu pun masih tetap setia menjadi
peniup perpecahan di kalangan umat Islam sendiri.
Erdogan misalnya, ia dituduh sebagai biang munafik. Padahal 2 minggu
lalu, 21 Maret, Erdogan telah mendeklarasikan keberpihakannya kepada
Islam. Ia tak segan-segan lagi mengakui bahwa dirinya kaum Islamis.
Tentu setelah ia bisa mengukur kadar kekuatan yang dimiliki umat Islam,
berhadapan dengan militer-kaum sekuler-liberal, dan juga kondisi ekonomi
Turki yang semakin hari makin maju, mengalahkan negara-negara Eropa
lainnya.
Spiriti khilafah/ustaadziyatul 'aalam/imamah kubro dimulai dari persiapan utuh. Sesuai firman Allah:
وَأَعِدُّوا
لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ
تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ
لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)." (Al-Anfal: 60)
Jadi jangan sampai kita sibuk mencari-cari dalil tentang suatu masalah
yang nash-nya tidak spesifik mewajibkan, namun melupakan perintah nash
yang sudah jelas mewajibkan: yaitu kesiapan-kesigapan menghadapi musuh.
Wallahu A'lam
- follow ustadz Nandang di twitter @AlBurhanCenter -
0 komentar:
Posting Komentar