Oleh BAMBANG ARIANTO
Dalam teori kepartaian di Indonesia, masih banyak kesalahfahaman dalam menafsirkan roh partai politik. Kesalahan yang sangat fundamental dilakukan oleh banyak pihak dan rakyat dalam menilai realitas partai politik adalah sebagai sebuah entitas politik yang sempit dan bisa dikatakan tunggal. Sehingga yang didapat oleh publik adalah sebuah akrobat politik yang menimbulkan kekeliruan terhadap entitas partai politik.
Rakyat
menilai partai politik lebih bergulat pada logika kompetisi dan
tentunya haus kekuasaan. Parpol juga tidak jauh dari sepak terjang para
koruptor yang selalu membawa penyakit kronis korupsi. Lagi-lagi parpol
mendapat sebuah predikat sebagai institusi yang paling bermasalah. Belum
lagi beberapa survei kontemporer menunjukkan rekam jejak partai politik
di Indonesia menjadi sebuah institusi yang paling tidak dapat
dipercaya. Hal ini semakin menguatnya gerakan deparpolisasi ditengah
masyarakat.
Bila
kita memahami teori kepartaian sebenarnya partai politik adalah sebuah
realitas yang kompleks. Kompleksitas inipun sudah banyak disederhanakan
oleh beberapa tipologi tertentu. Tipologi partai sendiri dapat
dikategorikan dalam tipe, kelompok atau model tertentu. Tentunya
tipologi ini juga bersifat ideal, meskipun tidak semua parpol demikian
karna setiap partai politik mempunyai sifat-sifat lebih dari satu tipe
partai. Artinya partai politik itu juga mempunyai beberapa tipologi
ideal yang dapat menjadi sebuah institusi bermanfaat dan bisa dipercaya
dimata masyarakat.
PKS : Cinta, Kerja dan Harmoni
Bicara
partai politik di Indonesia, sampai saat ini kita belum menemukan
partai yang mampu menjadi sebuah entitas politik yang mampu menjalankan
fungsinya dengan baik sebagai penyokong demokrasi. Sesuai teori
kepartaian di Indonesia menunjukkan belum ada partai yang mampu
menjalankan fungsinya sebagai institusi politik yang dapat dipercaya
publik. Tapi setidaknya PKS saat ini telah mendekati menjadi partai politik yang mampu menjadi artikulasi kepentingan rakyat.
Walau
partai ini baru saja mengalami nasib tragis akibat tersandungnya mantan
presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) dalam impor daging sapi. Kasus
ini sangat disayangkan ditengah-ditengah partai politik di Indonesia
untuk membangun kepercayaan publik. Tidak ayal lagi kasus ini akan
sedikit banyak akan berpengaruh pada elektoral PKS di pemilu 2014. Walau
kasus inipun tidak akan berpengaruh pada kader PKS atau party ID, akan
tetapi dimata publik ini sangat berpengaruh pada perolehan suara PKS
yang berasal dari Undecided voters.
PKS bisa dikatakan menjadi satu-satunya dari banyak partai yang bergerak cepat dalam mengembalikan kepercayaan publik
dengan perbagai upaya konsolidasi internal pasca kasus impor daging.
Gerakan penyegaran spiritual kader akan sedikit banyak membantu mengikis
demoralisasi kader.
Banyak
partai di Indonesia yang kadernya terlibat korupsi malah hanya berkutat
pada konflik internal tanpa ada upaya penyelamatan partai. Publik
yang terlanjur menstempel jelek PKS saat ini mulai berfikir ulang karna
gerakan penyelamatan partai di PKS sangat begitu sistematis.
Ditengah-tengah menurunnya kepercayaan publik terhadap partai politik,
PKS pun mencoba kembali menarik simpati publik dengan meluncurkan sebuah
tagline baru “cinta, kerja dan harmoni”. Hal ini akan kembali
mempertontonkan pada publik bahwa PKS telah berusaha memperbaiki borok
partai ataupun penyakit demoralisasi kader. PKS pun berharap pada rakyat
untuk dapat memaafkan partai ini yang pernah tersandung korupsi
politik. Tagline yang begitu low profile ini akan dapat melahirkan
persepsi baru bagi publik bahwa partai politik juga mampu menjadi
pembawa aspirasi rakyat. Publik menilai peluncuran cinta, kerja dan
harmoni benar-benar akan sesuai dengan hakikatnya dan mampu melegitimasi
partai politik dihati sanubari rakyat. Peluncuran ini pun bertepatan
dengan Milad PKS ke 15 yang digelar di kompleks Lawang Sewu Semarang,
yang dikenal sebagai daerah dengan basis massa merah terkuat di
Indonesia.
Wajah Baru Partai Politik
Ditengah
kesibukan menghadapi pesta demokrasi lima tahunan. Partai ini mencoba
sesuatu yang baru dari yang biasanya dilakukan dalam proses rekruitmen
politik. Calon anggota legislatif yang ditampilkan dipublik hampir
90% berasal dari internal partai dan tidak satupun berasal dari kalangan
artis. Ini membuktikan pada publik bahwa partai ini telah berhasil melalukan regenerasi kader dengan sangat baik.
Ditengah gencarnya partai lain memburu artis sebagai peraup suara.
Langkah yang jarang ditemukan di partai lain dinegeri ini akan membuat
PKS akan mampu melahirkan kader-kader pekerja politik yang terjamin
kapabilitas dan integritasnya. Ditambah lagi pembentukan karakter kader ideologis dengan perlbagai pembekalan internal maupun sekolah partai ala PKS.
Banyak
pihak meragukan PKS mampu mendulang suara yang signifikan ketika partai
ini tidak tertarik sedikitpun melirik artis sebagai caleg nya.Hal ini
membuktikan PKS telah mampu menunjukkan lokus kekuasaan partai politik yang bersifat menyebar dan bukan oligarkis.
Artinya proses rekruitmen politik di PKS tidak memakai teori the owner
of the party, karna pemilihan caleg PKS melalui penyaringan suara arus
bawah sehingga caleg yang dihasilkan sangat terseleksi dengan baik dan
tentunya melalui persetujuan selektor kandidasi yang teruji.
Partai
ini telah mengadopsi model rekruitmen politik dengan model inkulsif
artinya setiap kader boleh menjadi kandidat politik, dan pembatasnya
hanya sebuah regulasi dan selektor sebuah kontinum kandidasi dengan
catatan tetap memperhatikan suara arus bawah. Sedangkan dipartai lain
kita tidak menemukan pola rekruitmen politik yang ideal dan bahkan
banyak terjadi penyimpangan antara pola inklusif atau ekslusif. Malah
ada partai yang secara makro berkarakter partai kader tapi bila dilihat
dari proses rekruitmen politik terjadi penyimpangan dan bahkan
oligarkis, sehingga banyak kader yang berjasa maupun potensial dipartai
malah tidak masuk dalam proses kandisasi legislatif.
Banyak
peneliti menilai pemilihan artis sebagai caleg akan sangat beresiko
tinggi, karna banyak artis yang tidak mempunyai kapabilitas menjadi
wakil rakyat. Seperti dikatakan sosiolog UGM, Arie Sujdito, banyak
partai menjadi partai pemalas karna terlalu banyak berharap dari para
artis dan tokoh yang dianggap populer. Fenomena rekruitmen politik
bergaya instan ini semakin membuktikan malasnya parpol melahirkan calon
pemimpin bangsa.
Para
caleg instan ini kebanyakan tidak memiliki kemampuan intelektual,
track record sebagai pekerja politik. Inilah yang ditakuti ketika tidak
ada seleksi yang jelas pada caleg yang tidak memiliki indentifikasi
kepartaian (party identification) maka tidak ada jaminan akan dapat
membenahi demokratisasi. Jangan aneh bila nantinya perilaku partai
politik acap kali dicederai oleh perilaku elit partai yang tidak sesuai
dengan norma.
PKS setidaknya telah mampu mempertahankan fungsi agregasi dan artikulasi dalam proses rekruitmen politik. Publik akan menunggu kerja nyata partai ini dalam upaya perbaikan citra partai politik khususnya partai Islam ditanah air. Langkah substansial diyakini PKS mampu menampilkan kerja-kerja organisatoris yang lebih merakyat. Ini
semakin mengukuhkan wajah baru partai politik di Indonesia yang lebih
reprensentatif. Wajah baru partai politik di Indonesia patut disandang
oleh PKS sampai saat ini. Selamat Milad ke 15 buat Partai Keadilan
Sejahtera.
Bambang Arianto, Peneliti Partai Politik di
Bulaksumur Empat Research and Consulting (BERC) Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar