Oleh: Ali Irfan | Kompasiana
Tidak tepat
sepertinya jika PKS hanya cerdas memanfaatkan sosial media sebagai media
pencitraan. Ada yang mesti ditambahkan PKS dari sekedar pencitraan,
mengingat bahan baku PKS sudah baik. Yang mesti dilakukan PKS adalah
membangun, mempertahankan, sekaligus meningkatkan reputasi.
Dunia maya
adalah tempat efektif dan tepat untuk memunculkan isu. Mulai dari yang
ditulis dengan gaya bahasa ala kadarnya, bahasa-bahasa kreatif, sampai
gaya bahasa deep reporting,
penuh analisa. Memang ditinjau dari sudut pandang manapun, PKS masih
tetap memikat untuk ditulis. Ini juga tak lain karena banyak kader-kader
PKS yang turut menulis, yang menjadikan media sosial sebagai wadah
publikasi yang memiliki daya sebar secepat kilat.
Efeknnya dari kalangan elite sampai grass root, sudah tahu PKS. PKS sudah cukup populer untuk saat ini. Ini
tak lain sebagai efek dari pemberitaan yang bertubi-tubi mengenai PKS.
Ketika PKS sudah terkenal maka menurut saya pencitraan tak lagi penting.
Kalau hanya
sekedar numpang tenar saja sih biasa. tapi akan lebih dahsyat ketika
terjunnya kader-kader PKS di ranah media, menjadikan PKS semakin kuat
dan semakin mudah mengcounter isu-isu yang bakal menghancurkan PKS.
Lingkup gerak PKS adalah dalam ranah dakwah. Dakwah itu arahnya perbaikan. Dan perbaikan itu tidak hanya dilakukan PKS saja, siapapun, partai lain pun punya peluang yang sama untuk menyebarkan kebaikan.
Hanya dengan
memaksimalkan kinerja dan menggerakkan mesin partai, serta
mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki PKS, saya sangat percaya,
kerja keras PKS akan membuahkan hasil.
Kita bisa lihat
bagaimana Anis Matta bekerja. Langkah konsolidasi yang digencarkan ke
daerah-daerah ternyata mampu memberikan energi lebih kepada jutaan kader
PKS yang seakan terpuruk setelah mendapat ujian.
Para cyber army bergerak di dunia maya adalah satu bentuk pekerjaan. Setidaknya ada hal-hal yang harus dimiliki oleh mereka yaitu kekuatan keilmuan, analisa, wacana dan wawasan yang mendalam. Itu sangat diperlukan agar bisa menanggapi semua isu sesuai dengan bahasa yang dibutuhkan. Kalau media massa sudah dianggap penting, maka kitapun harus menempatkan posisi yang penting juga.
Ada tiga prinsip yang mesti dipegang teguh bagi para PKS lovers yang secara intens mengamati dunia maya.
Yang pertama adalah berbasis kekuatan ruhani.
Ketika kecintaan kepada Allah kuat, kecintaan terhadap Al Qur’an kuat, apa yang akan terucap dan tertuliskan dari kita juga akan kuat. Apa yang keluar dari hati itu mampu mengubah banyak hal. Kekuatan
ruhani ini berbuah keikhlasan, yang memiliki ciri tidak akan sedikitpun
berkurang amalnya ketika dipuji, atau pun dicuci. Ingat tugasnya adalah membangun reputasi, bukan citra. Mengemas barang bagus menjadi lebih bagus lagi.
Prinsip kedua adalah berbasis kekuatan fikri (pemikiran).
Setiap
tahapan ada aktornya. Dulu hanya pesan yang penting, tapi sekarang
tokoh yang penting. Media online menjadi salah satu lahan perang
sekaligus media promosi yang efektif, sekaligus metode menjatuhkan lawan politik. Fenomena Jokowi yang menorehkan hasil gemilang, juga karena didukung oleh ratusan relawan yang bergerak di dunia maya, yang selalu mengcounter black campaign dari rival politik kemudian memutihkannya.
Prinsip ketiga adalah kekuatan amali.
Penokohan,
pencitraan berdasarkan reputasi (bukan asal pencitraan), dan
memaksimalkan mesin partai menjadi perlu dikuatkan. Jika memaksa kader
untuk mencari massa secara tradisional, pasti kedodoran. Itulah kenapa
dunia maya tidak bisa kita remehkan begitu saja. Boleh jadi serangan di
dunia maya jauh lebih santer dari dunia nyata.
* http://politik.kompasiana.com/2013/04/11/stop-pencitraan-pks-550347.html
0 komentar:
Posting Komentar