Selasa, 23 April 2013

Yang Membuat Kader PKS Bertahan!!!

pkssumut.or.id, Berniat mencari kekayaan dengan bergabung di Partai Keadilan Sejahtera atau yang biasa disingkat dengan PKS, tak ubahnya seperti “jauh panggangan dari api’’, sesuatu yang mustahil bagi mereka yang ada di Partai ini.


Jangankan mendapatkan uang bahkan Para kader PKS dianjurkan mengeluarkan uang untuk membiayai agenda-agenda Partai. Jangan kira kader PKS di palakkin, atau di pungliin (pungutan liar), apa yang kader PKS lakukan tidak lebih karena kesadaran mereka bahwa merekalah yang menghidup-hidupi PKS bukan mereka yang di hidupi PKS. Kebiasaan mengeluarkan infaq dakwah di setiap agenda pengajian rutinan para kader, memberikan efek positif bagi pertumbuhan mental ‘memberi’ ketimbang meminta. 


Perkataan rasulullah yang mengatakan ‘ tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah’ tampaknya sudah menjadi mindset kader PKS dan menjadikan mereka terbiasa mengeluarkan sebahagian hartanya untuk kepentingan-kepintangan ummat, terlihat dari aksi-aksi solidaritas Palestina yang tak sekali dua kali dilakukan namun berkali-kali, tak lantas membuat dana bantuan yang dikumpulkan berkurang malah setiap kali diadakan setitap kali itu pulalah bertambah. Maka tak salah jika sebuah artikel mengatakan “terbuat dari apakah kader-kader PKS!”. 


Hal yang tidak bisa kita temukan di partai lain atau bahkan dikebanyakan ormas-ormas tertentu. Jika dikalkulasikan dengan hitung-hitungan manusia, maka kebanyakan orang akan berasumsi menjadi kader PKS itu bakalan buntung alias rugi karena banyaknya iuran-iuran yang diedarkan mulai dari kotak infaq yang bergentayangan sampai dengan iuran 1 kg beras setiap bulanya. Namun jika di kalkulasikan dengan hitungan ilahiah, maka infaq ataupun iuran tersebut sebenarnya sarana mempermudah para kader PKS untuk mengeluarkan harta-harta yang bukan semestinya dimiliki.


Lantas apa yang menyebabkan kader PKS tetap bertahanan??


Menurut analisis saya, pertama adalah ‘prasangka baik’ atau bahasa kerennya ‘husnudzhon’, kerap kali masalah menerpa menyebabkan terguncangnya kepercayaan kader terhadap PKS, namun pemimpin mereka segera menginstruksikan untuk tetap percaya dan mendoakan semoga ditunjukkan jalan yang terbaik.

Kedua, ukhuwah (brotherhood), tali persaudaraan antar kader yang terjalin atas dasar iman kepada Allah SWT, kader PKS benar-benar mengamalkan perkataan rasulullah ‘ bahwa muslim yang satu dengan muslim yang lain bagaikan satu tubuh’ mereka sadar bahwa untuk menjadi besar butuh soliditas tinggi antar kader baik pemimpin dengan anggota atau anggota dengan pemimpin, itu terlihat di beberapa even-even PKS, tak jarag para pemimpin PKS yang makan dan duduk lesehan dilantai berbaur dengan yang lain para anggota sebagai sikap equality antar pemimpin dan anggota dimata Allah. Dan bukan rekayasa, hal seperti ini sangat sering terjadi secara alamiah. 

Ketiga, orientasi akhirat (ruhiyyah) ketimbang dunia, terlihat dari cara PKS menentukan pemimpinnya. Pemimpin PKS diambil dengan sistem musyawarah, kategori pemimpin juga sangat ketat, terutama terkait dengan ruhiyyah yang jauh dari sistem ‘unjuk diri’, dan amat jauh perbedaanya dengan partai-partai yang lainnya yang terkesan siapa yang paling kuat dialah yang akan memimpin. 

Keempat, merasa butuh dengan PKS tak lebih sebagai sarana mempermudah penyebaran kebaikan, bukan sarana ambisius jabatan belaka. PKS hanya media dan sarana untuk mempermudah langkah-langkah kebaikan berjalan dan tak menjadikan PKS segala-galanya. 
Kelima, ta’at kepada pemimpin yang baik dan tidak memperbanyak pedebatan, karna perdebatan dapat mengeraskan hati, jika hati para kader sampai mengeras tidak adalagi yang layak dilakukan oleh para pemimpin selain memohon ampun dan mempasrahkan diri hanya kepada Allah SWT. 

Kelima hal tersebut berkadar luasa, akan tidak relevan lagi jika suhu kepemimpinan dan para kader tidak saling mendukung satu sama lain dalam kebaikan. Maka bertahan dalam kebenaran itu lebih baik meski sakit, ketimbang berlimpah kebahagiaan namun dzholim pada orang lain. So, Jadilah kader PKS!!

Cinta | Kerja | Harmoni


Enni Saragih 
*http://politik.kompasiana.com

0 komentar:

Posting Komentar